JATIMTIMES- Jumlah kasus stunting atau kekerdilan di Kota Blitar naik sekitar 1,27 persen atau 97 kasus pada tahun 2023. Data yang diperoleh pada Agustus 2022 mencatat 390 kasus stunting atau 5,26 persen dari total populasi balita di kota tersebut. Namun, pada periode yang sama pada tahun berikutnya, angka tersebut meningkat menjadi 487 kasus atau 6,53 persen.
Wali Kota Blitar, Santoso, mengungkapkan perihal kenaikan angka stunting tersebut saat membuka acara Rembug Stunting pada hari Rabu (28/2/2024). Ia menegaskan bahwa meskipun terjadi peningkatan, jumlah kasus stunting di Kota Blitar masih berada di bawah target nasional, yang menetapkan batas maksimal angka stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024. Dalam upayanya menekan angka stunting, ia menegaskan perlunya kerja keras dari seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tanpa terkecuali.
Baca Juga : DBD Renggut Nyawa Satu Anak, Dinkes Kota Blitar Ingatkan Waspada di Musim Hujan
"Saya menekankan kepada OPD tidak boleh terlena, angka itu harus ditekan lagi. Kalau bisa, pada 2024 ini, Kota Blitar zero stunting," ujarnya dengan tegas.
Pentingnya kerjasama lintas sektor dalam menangani kasus stunting juga disoroti oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Blitar, Dharma Setiawan. Ia menjelaskan bahwa stunting berbeda dengan kasus gizi buruk, namun gizi buruk dapat menjadi pemicu kasus stunting.
Dalam menangani stunting, intervensi spesifik yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan hanya memiliki daya ungkit sebesar 30 persen. Sementara intervensi yang melibatkan lintas sektor dapat memiliki daya ungkit hingga 70 persen.
"Perlu kerja sama semua sektor untuk mengatasi masalah stunting. Intervensi sensitif yang membutuhkan keterlibatan lintas sektor memiliki daya ungkit yang lebih besar," ungkapnya.
Baca Juga : Menelisik Karier Militer Prabowo Subianto, Apa Itu Korps Baret Merah?
Acara Rembug Stunting yang diselenggarakan di Kota Blitar diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, terutama para orang tua, tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang bagi pertumbuhan anak-anak. Selain itu, dengan melibatkan semua pihak, termasuk OPD, diharapkan tercipta sinergi dalam menangani masalah stunting ini dengan lebih efektif dan berkelanjutan.