JATIMTIMES - Angin puting beliung merupakan angin kencang dengan gerakan berputar yang berasal dari awan kumulonimbus.
Angin puting beliung memiliki kecepatan lebih dari 64,4 km per jam dengan durasi atau waktu kejadiannya 5 menit dan terjadi di wilayah yang tidak luas.
Baca Juga : Mitigasi Bencana Tornado dan Puting Beliung Sebelum, Saat dan Sesudah Terjadi
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, angin puting beliung adalah angin tornado berukuran kecil yang terjadi di Indonesia.
Pemberian nama angin puting beliung di beberapa kota berbeda-beda. Di Jawa, angin puting beliung disebut dengan angin leysus atau angin puyuh. Sedangkan di Sumatera angin Bahorok.
Proses Terjadinya Angin Puting Beliung dan Penyebabnya
Dikutip dari buku Pintar Penanggulangan Angin Puting Beliung (2021) oleh Wahyudi, bencana angin puting beliung sering terjadi di pada musim pancaroba, terutama pada siang dan sore hari. Hal ini terjadi akibat banyaknya pembentukan awan kumulonimbus.
Namun, tidak semua awan kumulonimbus menyebabkan pembentukan angin puting beliung. Angin puting beliung terjadi karena adanya gesekan antara arus udara yang naik dan turun.
Terdapat fase atau tahapan dalam proses pembentukan angin puting beliung, berikut penjelasannya:
Fase tumbuh
Pada fase tumbuh atau fase pertama ini, terdapat arus udara di dalam awan dengan tekanan yang cukup kuat, naik ke atas. Di fase ini, titik air masih tertahan oleh arus udara yang terus bergerak menuju puncak awan.
Fase dewasa
Di fase ini, mulai terjadi hujan karena arus udara tidak lagi menahan titik-titik air. Hujan yang turun menyebabkan gesekan antara arus udara yang naik, dan udara yang turun. Gesekan tersebut kemudian membentuk pusaran yang semakin lama, semakin cepat.
Pusaran angin inilah yang kita sebut angin puting beliung. Sesuai dengan proses pembentukannya, angin ini terjadi saat hujan turun.
Tanda-tanda akan terjadinya angin puting beliung
- Sejak malam hari sampai pagi hari, udara terasa panas dan gerah.
- Terbentuk awan cumulus, terlihat berwarna putih dan berlapis-lapis.
- Terdapat awan yang menjulang tinggi, berwarna abu-abu dengan bentuk seperti bunga kol.
- Ranting dan dahan pepohonan bergoyang cepat karena angin.
- Udara sekitar menjadi dingin.
- Turun hujan lebat secara tiba-tba.
Dampak angin puting beliung
Angin puting beliung yang memiliki kecepatan lebih dari 60 kilometer per jam dengan wilayah keterjangkauan yang sempit, tetap menimbulkan kerugian dan kerusakan di wilayah yang mengalaminya.
Dilansir dari Buku Risiko Bencana Indonesia (2016) oleh BNPB, berikut dampak yang ditimbulkan oleh angin puting beliung, antara lain:
Kerugian material
Baca Juga : Jaga Stabilitas Harga Beras, Komisi II DPRD Banyuwang Minta Eksekutif Susun Program Jangka Panjang
Kerugian material yang ditimbukan dapat berupa kerusakan pada rumah-rumah warga dan bangunan fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas dan kantor pemerintah. Selain itu, juga menimbulkan kerusakan pada tanaman-tanaman di kebun warga.
Kerusakan tersebut dapat terjadi karena embusan angin secara langsung ataupun akibat penyebab lain seperti tertimpa pohon yang tumbang karena angin puting beliung.
Kerugian non material
Kerugian non material dapat berupa timbulnya korban jiwa akibat angin puting beliung. Contoh lainnya yaitu lingkungan menjadi berantakan karena puing-puing bangunan dan sampah yang berserakan terbawa angin.
Sebagai informasi tambahan, hingga saat ini, bencana puting beliung masih sangat sulit diprediksi oleh BMKG. Hal itu lantaran tidak semua awan kumulonimbus yang terbentuk menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem. Cuaca tropis juga sering mengalami perubahan, sehingga suhu permukaan juga sering berubah.
Jika kita menemui tanda-tanda seperti di atas, sebaiknya kita bersiap untuk mencari tempat yang lebih aman untuk mengantisipasi dampak yang terjadi akibat angin puting beliung.