JATIMTIMES - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang berencana menggelar gerakan pangan murah (GPM). Hal itu sebagai bentuk sikap atas naiknya harga beras yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Informasi yang dihimpun media ini, harga beras diketahui naik. Dari yang semula sekitar Rp 13.000, menjadi Rp 15.000 per kilogram. Sedangkan untuk beras medium dengan kemasan 5 kg, dari yang semula sekitar Rp 65.000 menjadi Rp 80.000.
Baca Juga : Gunakan APBN Rp 125 Miliar, Pembangunan SPAM Kaligoro Capai 60 Persen
Kenaikan harga beras ini disebut terjadi secara merata secara nasional. Sehingga, gerakan pangan murah pun rencananya akan digelar di setiap kecamatan.
"Kenaikan harga beras ini terjadi secara nasional, dan Dispangtan hanya bisa melakukan pangan murah," ujar Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan.
Slamet mengatakan, gerakan pangan murah tersebut juga sejalan dengan program dari Badan Pangan Nasional (Bapanas). Rencananya akan digelar setelah gelaran Pemilu lalu. Baik di kecamatan atau di pasar tradisional.
"Kota Malang ini ada lima kecamatan, jadi kami sentralkan di sana, tapi juga ada di 26 pasar yang ada di wilayah Kota Malang, akan kita mulai setelah pemilu," imbuh Slamet.
Selain itu, untuk mengatasi naiknya harga beras, Dispangtan juga masih bertumpu pada pasokan beras dari Bulog. Yakni untuk memperbanyak sebaran Beras SPHP.
"Kita akan menggandeng Bulog, untuk penyaluran beras SPHP dalam kegiatan pangan murah," imbuh Slamet.
Baca Juga : Bupati Sanusi Minta Tirta Kanjuruhan Maksimalkan TRC Atasi Gangguan Layanan
Selain itu, dalam pelaksanaannya nanti, Dispangtan juga akan menggandeng perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tugu Aneka Usaha (Tunas). Agar distribusi beras SPHP lebih merata.
"Memperluas penyaluran beras SPHP di pasar-pasar rakyat yang ada di Kota Malang," terangnya.
Di sisi lain menurutnya kenaikan harga beras saat ini membawa dampak positif bagi petani. Sebab, harga gabah kering di tingkat petani pun turut terungkit.
"Karena biaya usaha tani yang dikeluarkan bisa tertutupi dan masih ada selisih yang dapat ditabung, dan untuk belanja kebutuhan lain serta bisa digunakan untuk modal kembali," pungkas Slamet.