JATIMTIMES - Tubuh yang ideal atau body goals adalah impian bagi sebagian perempuan. Tak jarang perempuan menghalalkan segala cara untuk mencapai body goals tersebut.
Pemikiran untuk mendapatkan body goals tersebut rupanya telah ada dari zaman dahulu. Dimana saat itu, masyarakat Tiongkok khususnya perempuan memiliki sebuah tradisi 'mengikat kaki' untuk mendapatkan ukuran kaki yang dianggap ideal.
Baca Juga : Metode dan Cara Kerja Quick Count yang Memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024
Pengikatan kaki adalah tradisi di sejarah Tiongkok kuno melibatkan perubahan bentuk kaki wanita yang menyakitkan dengan menggunakan ikatan ketat.
Praktik kuno ini dimulai sejak masa kanak-kanak. Saat wanita tersebut dewasa, kaki mereka akan mengalami cacat selamanya, terkadang hingga panjangnya hanya tiga inci.
Asal Usul Tradisi Mengikat Kaki
Melansir Wikipedia, mulanya tradisi mengikat kaki diduga terinspirasi dari penari istana pada abad ke-10, yaitu Yao Niang. Ia diketahui mengikat kakinya dan membentuk kakinya menyerupai bulan baru.
Kemudian, ia menari di atas jari kakinya yang terbalut dengan teratai emas setinggi 1,8 meter yang dihiasi pita dan batu mulia sehingga dapat memikat Kaisar Li Yu.
Ternyata, latihan tersebut tidak hanya mengubah bentuk kaki tetapi juga menyebabkan cara berjalan dengan tumpuan pada otot paha dan bokong.
Meskipun pada awalnya bentuk kaki dijiwai dengan nuansa erotis, tetapi seiring perkembangannya mengikat kaki menjadi simbol status di kalangan elit.
Oleh sebab itu, kaki yang kecil pada zaman dulu di Tiongkok merupakan sebuah bentuk tubuh ideal yang diinginkan oleh para perempuan.
Proses Pengikatan Kaki dan Maknanya
Pengikatan kaki dilakukan oleh para wanita untuk mengubah bentuk kakinya demi tujuan estetika.
Biasanya praktik ini akan dimulai pada saat anak berusia antara 4 tahun hingga 6 tahun. Namun,beberapa diantaranya melakukan praktik ini pada usia 3 atau 12 tahun.
Tujuan utama dari praktik ini adalah untuk membuat kaki berukuran sekitar 7,6 sentimeter atau biasa disebutkan sebagai kaki 'teratai emas'.
Ukuran kaki tersebut merupakan ukuran yang saat itu dianggap ideal, tetapi hanya sedikit orang yang dapat mencapai ukuran tersebut.
Berikut merupakan cara melakukan pengikatan kaki pada tradisi Tiongkok tersebut:
- Kaki akan direndam dalam air panas dan kuku jarinya akan dipotong pendek kemudian kaki akan dipijat dan diolesi minyak.
- Empat jari kaki kecuali jempol akan diselipkan di bawah dan ditarik menuju ke arah tumit serta dibalut menggunakan perban.
Baca Juga : Viral Pria di Probolinggo Miliki Nama ‘Menang Prabowo’
- Kemudian setiap perban dilepas maka baik perban maupun kaki tersebut akan dibersihkan dari kulit mati, lecet, darah dan nanah.
Bisa Menyebabkan Kelumpuhan
Hal yang mengerikan, praktik tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan, ulserasi, meskipun jarang terjadi pengikatan kaki dapat menyebabkan kematian. Mengikat kaki akan berlanjut selama sisa hidup gadis tersebut.
Kaki yang telah diikat akan dihias menggunakan sepatu dan legging dekoratif pada atas perban dan akan berbeda dekorasinya sesuai dengan waktu dan acaranya.
Pada masa tersebut mengikat kaki kerap dianggap sebagai ritus peralihan bagi gadis-gadis muda dan diyakini sebagai persiapan dalam menghadapi pubertas, menstruasi serta melahirkan.
Selain itu, tradisi ini juga melambangkan kesediaan patuh oleh seorang gadis yang sama seperti terbatasnya mobilitas dan kekuatan perempuan.
Pengikatan kaki merupakan simbol persitse dan kepercayaan populer bahwa akan meningkatkan kesuburan karena darah akan mengalir ke kaki, pinggul dan area vagina.
Pertentangan Tradisi Mengikat Kaki
Karena efek yang buruk kemudian selama Kaisar Kangxi memerintah pada Dinasti Qing pada tahun 1661-1722, ia mengeluarkan larangan pengikatan kaki pada tahun 1662.
Sayangnya, larangan tersebut kemudian dicabut pada tahun 1668 karena masih banyak perempuan Tiongkok yang melakukannya.
Pertentangan terbesar akan tradisi mengikat kaki datang dari para misionaris Tiongkok dan menyebarkan ke masyarakat pada saat itu bahwa pengikatan kaki merupakan sesuatu yang kejam.
Tidak hanya sampai di situ, para misionaris juga menunjukkan bahwa seluruh dunia meremehkan tradisi mengikat kaki tersebut.
Akibatnya, setelah Revolusi Nasional pada tahun 1911, pengikatan kaki dilarang pada tahun 1912. Namun, praktik ini baru benar-benar berakhir pada saat berdirinya republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949.