JATIMTIMES - Mantan Menteri Perdagangan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Muhammad Lutfi angkat suara soal film dokumenter “Dirty Vote” yang saat ini heboh diperbincangkan publik. Lutfi menuding film ini bukan karya dokumenter melainkan seperti kampanye terselubung.
"Dirty Vote bukannya dokumenter. Ini lebih mirip kampanye terselubung kelihatannya," kata Lutfi dalam akun instagramnya @m.lutfi.
Baca Juga : Viral, Pengakuan Warga Malang Dapat Uang Rp 50 Ribu dari RT Diminta Coblos Ganjar-Mahfud
Lebih lanjut Lutfi mengatakan aktor di balik film Dirty Vote tersebut cenderung telah memihak salah satu paslon tertentu.
"Bukti membuktikan jelas. Mulai dari krunya hingga sutradaranya terang-terangan mendukung capres lain. Berlagak sebagai aktivis yang ingin berbicara tentang negara, padahal mereka mendukung paslon tertentu," ujarnya.
Lutfi menegaskan bahwa hal tersebut bukan pendidikan, melainkan suatu propaganda untuk menjelekkan Presiden Jokowi. “Berhati-hatilah dengan yang mengklaim sebagai aktivis, namun sejatinya pendukung capres lain," ucapnya.
Seperti yang sudah diketahui, rumah produksi WatchDoc merilis film dokumenter bertajuk "Dirty Vote" di masa tenang kampanye. Film ini berisi dugaan kecurangan yang terjadi dalam proses Pemilu 2024.
Baca Juga : KPU Kabupaten Blitar Blokir Hak Pilih Tiga Warga Kewarganegaraan Ganda
Dalam film ini, tiga pakar hukum seperti Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari mengupas upaya kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif dalam film tersebut. Ketiga sosok ahli hukum itu selama ini juga aktif dalam gerakan antikorupsi.
Adapun WatchDoc pernah merilis film-film dalam momentum pemilu. Pada 2014, mereka meluncurkan film Ketujuh. Lalu pada 2017, menjelang Pilkada DKI Jakarta, mereka menerbitkan Jakarta Unfair. Pada Pilpres 2019, ada film Sexy Killers.