JATIMTIMES - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur (Jatim) mencatat adanya penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur. Pada Januari 2024, BPS mencatat NTP petani di Jatim turun 0,16 persen dari 116,05 menjadi 115,86.
Sebagai catatan, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Baca Juga : Potensi Mal Administrasi, Pelantikan Kaprodi Baru Ilmu Pemerintahan FISIP UB Tuai Polemik
Kepala BPS Jatim Zulkipli menjelaskan, penurunan NTP ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,27 persen. Angka tersebut lebih rendah dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani, yakni sebesar 0,43 persen.
Data BPS menyebut, pada periode Januari 2024 ini, terdapat empat subsektor pertanian mengalami penurunan NTP. Sedangkan satu subsektor lainnya mengalami kenaikan NTP.
"Subsektor yang mengalami penurunan NTP tertinggi yaitu subsektor Hortikultura sebesar 8,98 persen dari 135,38 menjadi 123,22," jelas Zulkipli, Selasa (6/2/2024).
Lebih lanjut, penurunan NTP juga terjadi pada subsektor Perikanan sebesar 1,70 persen dari 97,25 menjadi 95,59, subsektor Peternakan sebesar 0,25 persen dari 102,48 menjadi 102,23, dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,12 persen dari 107,20 menjadi 107,07.
"Sedangkan subsektor yang mengalami kenaikan NTP yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,85 persen dari 120,14 menjadi 122,36," ungkapnya.
Baca Juga : Patroli Skala Besar Terjunkan 80 Polri-TNI, Amankan Tempat Vital di Kota Batu
Penurunan NTP ini tak lepas dari tingginya kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,43 persen dibandingkan bulan Desember 2023 yaitu dari 119,79 menjadi 120,31.
Kenaikan indeks ini disebabkan karena naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 0,50 persen dari 121,91 menjadi 122,52 dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,40 persen dari 116,91 menjadi 117,39.
"Sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap kenaikan indeks harga yang dibayar petani adalah tomat sayur, bawang merah, rokok kretek filter, beras, bawang putih, semangka, rokok kretek, kopi, upah mencangkul, dan jagung pipilan," tandasnya.