JATIMTIMES - Abu Lubabah mungkin menjadi salah satu sahabat Rasulullah SAW yang jarang diketahui. Sososknya termasuk orang pertama yang masuk Islam, seperti halnya yang dijelaskan dalam buku Tokoh-Tokoh yang Diabadikan Al-Qur'an karya 'Abd al-Rahman Umairah.
Meskipun sebagai sahabat dan orang yang selalu membantu Rasulullah SAW dalam mempersiapkan kebutuhan perang dan dipercaya untuk menjaga keamanan penduduk Madinah, siapa sangka sosok
Abu Lubabah sempat berkhianat.
Baca Juga : Jelang Debat Cawapres Kedua, Pakar Komunikasi Politik Sebut Arah Serangan Paslon
Setelah berkhianat, Abu Lubabah kemudian meneyadari kesalahannya dan menghukum dirinya sendiri.
Kisah pengkhianatan Abu Lubabah bermula ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat melakukan penyerbuan ke perbentengan Yahudi Bani Quraizhah. Bahkan, pengepungan dilakukan Rasulullah SAW bersama para sahabat selama 25 malam. Abu Lubanah saat itu juga ikut dengan Rasulullah SAW.
Bani Quraizhah tetap bersikukuh dan tak mau meninggalkan hukum Taurat. Kemudian, Abu Lubabah dikirim Rasulullah untuk menemui Bani Quraizhah mewakili beliau. Hal ini atas permintaan Bani Quraizhah. Mereka akan meminta pendapat Abu Lubabah karena mereka sekutu golongan al-Aus seperti istri Abu Lubabah.
Dalam buku Terbang Menjemput Rahmat dengan Sayap Taubat, Rasulullah SAW saat itu mengantar Abu Lubabah berunding dengan Bani Quraizhah.
Adanya perundingan ini karena Bani Quraizhah telah melakukan pengkhianatan perjanjian sebelumnya. Bani Quraizhah kemudian justru membuat kesepakatan jahat untuk menghancurkan umat islam.
Saat Abu Lubabah tiba di tempat Bani Quraizhah, ia disambut para pria yang kemudian berdiri dan para perempuan serta anak-anak yang kemudian mendatangi dirinya sambil menangis.
Mereka kemudian melontarkan pertanyaan kepada Abu Lubabah. "Wahai Abu Lubabah, apakah sekiranya kami patut mengikuti hukum Nabi Muhammad SAW?"
Abu Lubabah terdiam dan tak menjawab. Ia hanya memberikan sebuah isyarat dengan merentangkan tangannya ke tengkuk. Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka akan dibunuh.
Apa yang dilakukan Abu Lubabah menjadi peristiwa yang telah mendurhakai dan mengkhianati Rasulullah SAW. Hal ini lantaran Abu Lubabah tidak melakukan perundingan dan justru memberikan sebuah isyarat tanpa berkata apa pun untuk berunding.
Setelah itu, ia sadar dan sangat merasa bersalah telah mengkhianati Rasulullah SAW. Ia tidak menjalankan perintah Rasulullah SAW untuk berunding. Kemudian Abu Lubabah meninggalkan tempat tersebut dan lantas pergi ke masjid.
Di masjid, ia kemudian mengikat dirinya di salah satu tiang masjid. Setelah itu, ia berkata bahwa tidak akan meninggalkan tempat tersebut sebelum datang ampunan Allah SWT.
Baca Juga : Wakil Rektor Bidang AUPK UIN Maliki Malang Terpilih Jadi Perempuan Inspiratif 2024
Abu Lubabah juga berjanji untuk tidak lagi menginjakkan kakinya di tempat Bani Quraizhah yang jadi tempatnya berkhianat kepada Rasulullah SAW.
Meski terkena panas matahari tanoa makan dan minum, Abu Lubabah tetap saja bertahan. Ia berkata, "Aku akan terus begini hingga meninggal dunia atau Allah SWT mengampuniku."
Saat itu, Rasulullah SAW pun melihatnya. Tak lama, turun sebuah wahyu dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Wahyu tersebut berupa teguran atas atas perbuatan Abu Lubabah yang mengikat dirinya selama enam hari di masjid.
Hal ini juga diabadikan dalam Al-Quran Surat Al-Anfal ayat 27. Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS Al-Anfal: 27).
Taubatan dari Abu Lubabah kemudian juga diterima Allah SWT. Hal ini disampaikan lewat sebuah wahyu yang disampaikan pada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian melepaskan ikatan Abu Lubabah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qura Surat At-Taubah ayat 102, "Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".