free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Situs Setono Gedong: Menelusuri Jejak dan Asal Usul Syamsuddin al-Wasil, Ulama Timur Tengah Guru Sri Aji Jayabaya

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

20 - Jan - 2024, 17:00

Placeholder
Makam Syamsuddin al-Wasil di Situs Setono Gedong Kota Kediri.(Foto : Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Kediri sebagai peradaban kuno di Nusantara tidak hanya dipenuhi kekayaan budaya, tapi juga kaya akan warisan sejarah. Salah satu warisan berharga yang terus terjaga adalah Situs Setono Gedong. Terletak di tengah Kota Kediri, Jawa Timur, tepatnya di Jalan Doho, lokasi situs ini menjadikannya sangat mudah diakses oleh wisatawan.

Setono Gedong bukanlah tempat yang asing bagi kalangan spiritual. Sementara bagi para peneliti dan pecinta sejarah, situs ini menjadi arena untuk menelusuri kisah dan sejarah masa lalu. 

Baca Juga : Jelang Debat Cawapres dan Kampanye Akbar, Wapres Ingatkan Seluruh Pihak Jaga Kondusivitas

Di dalamnya, terdapat makam sejumlah tokoh, termasuk wali, ulama, dan pejabat tinggi dari era kerajaan dengan darah biru. Sebuah tempat yang tidak hanya memancarkan keindahan arsitektur dan lingkungan, tetapi juga menjadi jendela yang membuka wawasan terhadap kejayaan dan kebijaksanaan masa lampau.

Beberapa tokoh yang dimakamkan di tempat ini diantaranya Syech Syamsuddin al-Wasil,Sunan Bagus, Panembahan Wirasmara, Pangeran Demang I,  Sunan Bakul, Sunan Kabul, Wali Akba, Pangeran Sumende, Sunan Bagus, Kembang Sostronegoro, Mbah Fatimah dan Sri Susuhunan Amangkurat III (Raja ke-6 Kasultanan Mataram Islam).

Di situs ini terdapat pula beberapa makam keturunan dan pengikut setia Sri Susuhunan Amangkurat III. Diantaranya Pangeran Teposono (Putera Amangkurat III) dan Raden Ajeng Reksoprodjo (Abdi Dalem Amangkurat III). Serta R.Ng Pringgodigdo (Bupati  ke-4 Nganjuk, menjabat 1852-1878, mertua Patih Blitar Djoyodigdo).

Dari keseluruhan tokoh yang dimakamkan di Setono Gedong, tokoh al- Wasil atau Syech Syamsudin al-Wasil adalah yang paling banyak diziarahi. Cerita turun temurun Kediri menyebutkan tokoh yang tenar dengan nama Mbah Wasil itu adalah Pangeran Mekah yang diperintahkan untuk datang ke Jawa Dwipa (Pulau Jawa). 

Setelah menginjakkan kaki di pulau Jawa, Mbah Wasil sempat bermukim di wilayah Kabupaten Nganjuk tepatnya di wilayah Kecamatan Sawahan yakni di Gunung Wilis (Sadepok).

Menurut cerita lisan di Kediri, Mbah Wasil memiliki pengikut sekaligus murid yaki Ki Hajar Subroto, hingga pada tataran kemakrifatan. Dakwah Mbah Wasil tidak hanya pada tataran kemakrifatan saja. Namun dilanjutkan ke wilayah Kediri, dakwah/ syi’ar beliau sampai kepada Prabu Joyoboyo, raja dari Kerajaan Kediri. 

Melihat kebijaksanaan Sang Ulama, akhirnya Sri Aji Jayabaya pun menimba ilmu kemakrifatan. Sehingga Syekh Al Wasil Syamsudin memiliki dua murid dengan tataran kemakrifatan tapi dari sisi berbeda. Ki Hajar Subroto dari sisi keagamaan (bekas pertapa), sedang Prabu Joyoboyo dari sisi pemerintahan (Kerajaan), sehingga keduanya dipesan dengan wasiat yang berbeda.

“Hubunganya dengan Prabu Joyoboyo ini dikisahkan cukup menarik. Menurut cerita turun temurun Kediri, beliau (Mbah Wasil) ini ikut membantu Joyoboyo membuat kitab ramalan Jangka Joyoboyo yang terkenal itu. Wallahualam,” kata Juru Kunci Situs Setono Gedong, Muhammad Yusuf Wibisono.

Baca Juga : Wapres Ma'ruf Amin Respons Faisal Basri: Tidak Ada Isu Menteri Mundur

Catatan historiografi Jawa yang terdapat di Museum Nasional Jakarta mengungkap bahwa al-Wasil, ulama asal Negeri Ngerum (Persia), datang ke Kediri atas permintaan Raja Kediri Sri Aji Jayabaya. Tugasnya adalah membahas Kitab Musyarar yang berisi ilmu pengetahuan khusus seperti ilmu falak dan nujum (ramalan). Menurut catatan versi ini, Mbah Wasil tiba di Kediri pada abad ke-12, di saat Jayabaya membawa Kerajaan Kediri menggapai puncak kejayaan.

Dalam Naskah Serat Jangka Jayabaya pada abad ke-17, karya Sri Aji Jayabaya yang meramal masa depan Nusantara, terdapat kaitan dengan tokoh Syaikh Syamsuddin al-Wasil dari Rum (Persia). Meskipun catatan historiografi Jawa menyebutkan bahwa al-Wasil berasal dari Rum, inskripsi yang merujuk pada kata al-Abarkuhi mengaitkannya dengan kota kecil Abarkuh di Iran.

Menurut Habib Mustopo, Syaikh Syamsuddin al-Wasil berperan penting dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di pedalaman Kediri pada abad ke-12. Setelah meninggal, makamnya yang awalnya terbuka dibangun oleh Bupati Kediri, Suryo Adilogo yang merupakan mertua Sunan Drajat. 

Pembangunan makam ini terjadi pada abad ke-16. Oleh sebab itulah, meskipun secara arkeologis bangunan makam al-Wasil berwajah bangunan abad ke-16, makam itu sendiri sudah ada sejak abad ke-12 di kompleks pekuburan Setono Gedong.

Hubungan antara Syaikh Syamsuddin al-Wasil dan Sri Aji Jayabaya digambarkan sebagai guru dan murid dalam Kakawin Hariwangsa. Sri Aji Jayabaya, dalam kisah versi ini adalah titisan Wisnu, diyakini memiliki hubungan spiritual dengan gurunya Agastya. Meskipun sulit merekonstruksi sejarah al-Wasil, catatan historiografi dan cerita tutur masyarakat Muslim Jawa hingga kini sangat menghormati al-Wasil. Makam al-Wasil di Setono Gedong tak pernah sepi dari peziarah.


Topik

Peristiwa situs sentono gedong syech syamsuddin al wasil mbah wasil sri aji jayabaya



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana