JATIMTIMES - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang menggelar Rembuk Ekonomi Kreatif, Rabu (13/12/2023) siang. Dalam kesempatan tersebut juga turut dihadirkan sejumlah pihak yang terlibat dalam Hexahelic.
Yakni selain pelaku ekonomi kreatif (ekraf) juga dihadiri kalangan akademisi, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, komunitas ekraf, awak media serta beberapa unsur lainnya. Kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk menyongsong Kota Malang menuju Kota Kreatif Dunia.
Baca Juga : Mahfud Md: Korupsi Hambatan Utama Menuju Indonesia Emas
"Jadi ini kaitannya untuk Kota Malang menuju kota kreatif dunia. Karena tadi yang juga dihadirkan sebagai narasumber juga tokoh ekonomi kreatif, yang lebih berpengalaman dan semoga bisa menghantarkan Kota Malang menuju Kota Kreatif Dunia," ujar Kepala Bappeda Kota Malang, Dwi Rahayu, Rabu (13/12/2023).
Dalam kesempatan itu pun peserta juga saling memberi masukan yang nantinya akan dirumuskan sebagai kebijakan terkait kelanjutan perkembangan ekraf di Kota Malang. Dan menurutnya, memang tidak mudah untuk dapat menuju Kota Kreatif Dunia.
"Kota Bandung saja beberapa kali mencoba baru bisa masuk (kota kreatif dunia)," imbuh Dwi.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Setda Kota Malang M. Sailendra mengatakan, Rembuk Ekonomi Kreatif itu merupakan pertemuan rutin yang digelar. Tujuannya juga untuk mengetahui seberapa jauh akselerasi pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Malang.
"Dan juga bagaimana kita evaluasi apa yang belum dibenahi. Dan bagaimana kita perlu melangkah dan program apa yang akan dijalankan," ujar Sailendra.
Output dari Rembuk Ekraf tersebut nantinya untuk merumuskan kebijakan, bagaimana arah ekraf selanjutnya. Apalagi dalam hal ini, Kota Malang juga telah berangsur melengkapi sarana dan parasarana (sarpras) penunjang geliat ekraf, yakni Malang Creative Center (MCC).
"Kita sudah punya MCC sudah ada komunitas, sarpras pendukung juga ada, bagimana progress dan apa yang ingin kita capai, kalau akan melanglah menuku kota kreatif dunia itu roadmap harus disusun," terang Sailendra.
Baca Juga : Jelang Penyusunan RPJPD Dan RPJMD, Pemkot Kediri Gelar Creative Talk & Gathering Bersama Pelaku E-Kraf
Dirinya pun menilai bahwa pergerakan ekraf di Kota Malang juga menunjukan trend positif. Bahkan menurutnya, Kota Malang sudah menjadi salah satu rujukan bagi daerah lain di Indonesia untuk pengembangan ekraf, selain Yogyakarta dan Bandung.
"Sebetulnya punya ciri khas masing-masing. Di Malang semuanya berkembang, fashion, kuliner, kriya berkembang, digital berkembang, film juga. Tinggal yang mau ditonjolkan yang mana. Istilahnya apa yang menjadi unggulan, nah di dalam Rembuk Ekraf inilah kita bahas," pungkas Sailendra.
Sementara itu, informasi yang dihimpun media ini, geliat ekraf di Kota Malang juga telah berdampak pada sejumlah hal. Di antaranya seperti penurunan angka kemiskinan. Pada tahun 2022, angka kemiskinan berada di 4,37 persen, sementara pasa tahun 2023 turun menjadi 4,26 persen.