JATIMTIMES - Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok Palestina yang menguasai Gaza mengungkapkan bahwa Hamas hampir mencapai perjanjian gencatan senjata dengan Israel, setelah berminggu-minggu perang di Jalur Gaza mencekam.
Lebih lanjut, Haniyah mengatakan jika Hamas menyampaikan pernyataan tersebut kepada mediator Qatar, seperti diberitakan kantor berita Reuters pada Selasa (21/11/2023) pagi.
Baca Juga : Viral, Muncul Anak Babi Mirip Manusia di Manggarai Barat
Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut. Namun seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Al Jazeera bahwa negosiasi dipusatkan pada berapa lama gencatan senjata akan berlangsung. Termasuk berapa lama pengaturan pengiriman bantuan ke Gaza dan pertukaran tawanan Israel yang ditahan oleh Hamas dengan tahanan Palestina di Israel.
Kedua belah pihak akan membebaskan perempuan dan anak-anak dan rinciannya akan diumumkan oleh Qatar, yang menjadi penengah dalam negosiasi tersebut, kata Ezzat el-Reshiq.
Lebih lanjut el-Reshiq, perjanjian tersebut akan mencakup gencatan senjata, pengaturan truk bantuan untuk memasok seluruh wilayah di Gaza, dan pemindahan korban cedera ke negara lain untuk perawatan.
Dia juga mengatakan pembicaraan antara pihak-pihak yang bertikai telah berlangsung selama berminggu-minggu. Dan el-Reshiq menyebut bahwa pihak Israel menunda perjanjian tersebut.
Pejabat Hamas mengatakan kesepakatan itu disetujui oleh semua brigade di Gaza melalui panggilan telepon, “karena kami selalu bersatu baik di medan perang atau dalam pengambilan keputusan politik”.
Secara terpisah, dalam sambutannya yang dikutip situs berita Walla Israel, pejabat senior Hamas Yahya Sinwar mengatakan perjanjian itu akan melarang aktivitas pesawat Israel di Gaza selama gencatan senjata.
Pembicaraan mengenai kesepakatan mengenai tawanan telah beredar selama berhari-hari, usai mediator Qatar mengupayakan kesepakatan bagi Hamas dan Israel untuk menukar tawanan dengan tahanan sebagai imbalan atas gencatan senjata. Sementara Qatar juga mengupayakan untuk meningkatkan pengiriman bantuan darurat ke warga sipil Gaza.
Baca Juga : Pj Bupati Bambang Pantau Operasi Pasar Murah di Pasar Tamanan
Pekan lalu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan jeda dan koridor kemanusiaan yang mendesak dan diperpanjang di seluruh Jalur Gaza. Hal itu diminta PBB untuk memungkinkan pengiriman bantuan dan evakuasi medis setelah empat upaya gagal dalam menanggapi perang Israel-Hamas.
Sekjen PBB, Antonio Guterres, mengatakan pada hari Senin bahwa dunia sedang menyaksikan tingkat kematian warga sipil yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di Gaza, dibandingkan dengan konflik lainnya sejak ia menjadi sekretaris jenderal organisasi internasional tersebut pada tahun 2017.
“Yang jelas dalam beberapa minggu ini kita telah menyaksikan ribuan anak terbunuh, jadi inilah yang penting,” kata Guterres di New York saat memaparkan laporan lingkungan hidup PBB yang baru.
Setidaknya 13.000 warga Palestina, 5.600 di antaranya anak-anak dan 3.500 wanita telah terbunuh di Gaza sejak Israel melancarkan serangan udara dan darat ke Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang menargetkan Israel, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
Sedangkan menurut pihak berwenang Israel, Hamas dan kelompok sekutunya menyandera sekitar 240 orang selama serangan mereka ke Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang.