JATIMTIMES - Belum lama ini, pengakuan kasus pelecehan seksual yang dialami mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tengah menjadi sorotan. Korban bernama Dhebby Silvia Putri yang menjabat sebagai ketua BEM Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa itu pun mencurahkan berbagai dampak psikis yang terjadi usai dilecehkan.
Menurut pengakuannya dikutip dari Instagram @dhebbysilvia, pelaku mengklaim apa yang dilakukan kepada dirinya adalah sebuah candaan. Namun dari candaan itu, ia mengalami dampak yang luar biasa hingga harus mengonsumsi obat penenang setiap hari.
Baca Juga : Rawan Calo, Bolehkah Tiket Konser Coldplay di Jakarta Berpindah Tangan?
"Saya mengalami trauma berat, depresi berkepanjangan dan saya melakukan selfharm secara tidak sadar saat saya tantrum. Ini terjadi mulai setelah kejadian hingga hari ini. Sehingga psikolog saya merujuk saya untuk ke psikiater. Dan kini saya ditangani oleh psikiater dan minum obat penenang (serta obat lainnya) setiap hari," ungkap Dhebby.
Dia pun mengaku setelah kejadian itu tidak bisa berkegiatan dengan normal di ormawa khususnya di kampus. Ormawa dan kampus menjadi hal yang traumatik bagi dirinya. Sehingga Dhebby menghindari untuk datang ke kampus dalam beberapa waktu.
"Saya tidak dapat berkuliah aktif. Saya tidak ingin berada di kampus. Saya merasa tidak aman. Saya merasa bahwa semua mata mengintimidasi saya, saya merasa dilecehkan dan saya merasa sangat tidak nyaman. Terkadang saya pusing dan mual jika berada di kampus. Saya ingin segera pulang," ucapnya.
"Saya terdampak secara fisik, saya harus masuk ICU karena stres dan depresi. Hal ini menyebabkan lambung saya sensitif hingga akhirnya saya harus diopname hampir 1 minggu dan pemulihan 1 minggu," imbuh dia.
Dhebby juga mengaku kerap sakit setelah kejadian itu karena ia kerap tidak bisa tidur dan mengalami mimpi buruk. "Saya meninggalkan akademik, skripsi, organisasi, orang terdekat. Saya marah kepada semua orang. Emosi saya sangat tidak stabil (karena pada saat itu terjadi, ada banyak mata yang melihat namun tidak ada yang menolong saya. Saya marah, kenapa saya diperlakukan tidak pantas dan dianggap candaan lalu ditertawakan?)," kata Dhebby.
"Saya harus tidur hampir 15 jam karena minum obat. Semua hancur, saya merasa semua cita-cita dan impian saya lenyap. Saya seperti tidak memiliki harapan untuk melanjutkan studi saya. Saya ingin berhenti untuk kuliah," imbuhnya.
Baca Juga : Laga Pilpres 2024 Resmi Dimulai, KPU Tetapkan Tiga Pasang Capres-Cawapres Penuhi Syarat Pencalonan
Di akhir pengakuannya, Dhebby menyebut sebenarnya ia tidak ingin memublikasikan kasus ini. Namun, ia menilai ada banyak pertimbangan hingga akhirnya membagikan cerita tersebut ke publik.
"Utamanya karena saya adalah seorang ketua BEM. Saya tidak ingin membuat gaduh. Tetapi, dalam tanggung jawab yang sedang saya emban, (dengan kondisi saya pada saat ini), saya juga harus menolong teman-teman saya yang mengalami kasus serupa," jelasnya.
"Sehingga banyak trigger yang saya hadapi. Saya membela teman-teman saya, saya menolong teman-teman saya, saya melakukan aktivitas dan terlihat baik-baik saja. Sedangkan sebenarnya, jauh daripada itu, saya terluka, saya sakit, saya setengah sakit jiwa sekarang," sambungnya.
Dalam pernyataannya, Dhebby juga meminta maaf kepada teman-temannya karena kerap tidak hadir dalam berbagai kegiatan. "Teman-teman, maaf jika saya harus menyampaikan ketidakmampuan saya untuk menjadi kuat. Maaf kalau sekarang saya harus mengatakan bahwa saya tidak bisa untuk membantu banyak akhirakhir ini. Maaf atas ketidakhadiran saya dalam beberapa waktu dan kesempatan. Dan maaf jika karena publikasi ini, menghadirkan kegaduhan," pungkas Dhebby.