JATIMTIMES - Kabupaten Blitar adalah sebuah tempat memesona dengan kekayaan sejarah yang menarik. Salah satu penanda penting dalam warisan sejarahnya adalah Candi Mleri.
Candi ini adalah salah satu situs bersejarah yang tak hanya memiliki nilai sejarah tinggi, tetapi juga membawa kita pada sebuah petualangan melalui masa lalu yang begitu berwarna.
Baca Juga : Potensi Wisata Luar Biasa Pacitan: Sungai Maron, Pesona Amazon di Jawa Timur
Sejak memasuki halaman Candi Mleri, kita akan merasakan aura mistis yang mengelilinginya. Candi ini dipercaya sebagai tempat persemayaman salah satu raja Singhasari, Wisnuwardhana.
Salah satu hal yang membuat candi ini sangat menonjol adalah adanya relief berukiran sebuah harimau di salah satu bagian makam. Harimau ini dianggap oleh banyak orang sebagai perwujudan macan putih atau harimau berwarna putih yang memiliki makna dan nilai mistis tersendiri.
Candi Mleri berlokasi di Desa Bagelenan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Dari pusat Kota Blitar, Anda hanya perlu menjelajahi sekitar 15 kilometer untuk mencapai tempat ini.
Candi Mleri berada dekat dengan kawasan Gunung Pegat, sebuah puncak perbukitan setinggi 200-an meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung Pegat diyakini sebagai tempat pertapaan Dewi Kilisuci, putri sulung Prabu Airlangga, raja Kahuripan.
Nama "Mleri" sendiri adalah toponimi kuno dari Desa Bagelenan. Dalam masa kejayaan Kerajaan Kadiri, yang berlangsung pada kurun waktu 1091 Saka atau 1169 Masehi, Mleri memiliki status sebagai desa perdikan atau desa merdeka pajak. Kemudian, Mleri berkembang menjadi pusat pertapaan dan pendidikan kaum tesi pada tahun 1120 saka atau 1198 Masehi.
Selama periode Kerajaan Majapahit, yang berlangsung selama 185 tahun (1315-1500 Masehi), Mleri menjadi tempat ibadah dan tinggal para resi. Prasasti-prasasti penting, seperti Prasasti Mleri (1091 Saka) dan Prasasti Subashita (1120 Saka), adalah catatan sejarah mengenai tempat ini.
Candi Mleri juga menjadi tempat pendarmaan Raja Wisnuwardhana atau Ranggawuni dari Kerajaan Singhasari pada sekitar tahun 1200 Masehi. Menurut sumber dari tradisi lisan, tempat ini memiliki kaitan erat dengan sejarah dan peribadatan yang kuat.
Saat mengelilingi kompleks Candi Mleri, kita kan merasakan suasana kuno yang masih terasa begitu kuat. Batu-batu candi, arca, tugu prasasti, lingga yoni, dan pepohonan besar yang mengelilingi area ini menciptakan atmosfer yang benar-benar memesona. Aroma kemenyan yang terbakar semakin memperkuat nuansa spiritual dan sejarah di sekitar Candi Mleri.
Di sisi kanan pintu masuk Candi Mleri, terdapat sebatang pohon maja tua yang sedang berbuah. Pohon ini, yang juga menginspirasi Raden Wijaya dalam memberi nama "Majapahit" pada kerajaannya, tumbuh subur di sana. Pemberian penghormatan atau pendoarmaan terhadap abu jenazah Raja Wisnuwardhana berlangsung di dalam bangunan cungkup yang bernama Kekunaan Mleri.
Di dalam bangunan ini terdapat sebuah makam yang berada di sisi kanan pintu masuk. Makam ini terbuat dari batu kuno dan posisinya membujur searah mata angin utara-selatan. Pemandangan ini mungkin terlihat familiar, mirip dengan makam-makam kuno yang sering kita temui di pemakaman wali penyebar agama Islam. Kedua makam ini dilapisi selembar kain mori putih, memberikan nuansa sakral.
Sayangnya, tidak ada penjelasan lebih rinci tentang makam ini, kecuali bahwa di makam tersebut terdapat jenazah Raja Wisnuwardhana yang dipuja dan dihormati. Di sebelah kiri makam Raja Wisnuwardhana, terdapat sebuah makam kuno lain yang dipercayai sebagai istri selirnya.
Raja Wisnuwardhana atau Ranggawuni adalah putra dari Raja Anusapati, yang merupakan anak Ken Dedes dengan akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Menurut kitab Pararaton, pendirian Kerajaan Singhasari bermula dari gerakan kudeta Ken Arok yang mengakhiri hidup akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Setelah menggulingkan kekuasaan Raja Kadiri Prabu Kertajaya pada tahun 1222, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singhasari dan mengambil gelar Kertarajasa atau Amurwabhumi.
Namun, perjalanan Ken Arok berakhir tragis ketika dia tewas oleh keris Empu Gandring yang ditikamkan oleh seorang abdi Pangalasan dari Desa Batil pada tahun 1169 Saka atau 1247 Masehi. Ken Arok dimakamkan di Kagenengan, dan Anusapati, putra tirinya, naik takhta menggantikannya.
Masa pemerintahan Anusapati memecah Kerajaan Singhasari menjadi dua, yaitu Kerajaan Singhasari yang diperintah oleh Anusapati dan Kerajaan Kadiri yang dipimpin oleh Mahesa Wonga Teleng, putra Ken Arok dan Ken Dedes.
Ranggawuni atau Wisnuwardhana dinobatkan sebagai raja Singhasari setelah berhasil menggulingkan Panji Tohjaya, yang sebelumnya telah menghabisi Anusapati pada tahun 1170 Saka atau 1248 Masehi. Panji Tohjaya merupakan anak hasil pernikahan Ken Arok dengan Ken Umang.
Baca Juga : Jejak Sejarah Tugu Pal Putih, Dari Simbol Persatuan Hingga Maskot Yogyakarta
Kisah tragis melibatkan Panji Tohjaya ini adalah penikaman Ken Arok yang dilakukannya ketika raja Anusapati tengah menyaksikan pertarungan ayam. Dari pernikahan Raja Wisnuwardhana dengan Permaisuri Waning Hyun, lahirlah Kertanegara, yang dikenal sebagai raja terakhir Singhasari.
Kertanegara, pada akhirnya, menciptakan konsep penyatuan kerajaan Nusantara dan juga menjadi mertua Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.
Pada masa pemerintahan Raja Wisnuwardhana, pelabuhan dibangun di kawasan Sungai Brantas, tidak jauh dari wilayah Mojokerto. Pelabuhan tersebut terkenal dengan nama Canggu. Wisnuwardhana mangkat pada tahun 1192 Saka atau 1270 Masehi dan dia dicandikan dengan lambang arca Siwa di Candi Mleri. Sedangkan di Candi Jago Malang, dia dicandikan dengan lambang arca Budha.
Selain dua makam tersebut, yakni makam Raja Wisnuwardhana dan istri selirnya, di ruangan Kekunaan Mleri juga terdapat sejumlah benda purbakala yang sangat menarik. Di antaranya adalah arca Ganesha yang berukuran tidak terlalu besar, relief Arjuna sedang khusyuk bertapa yang digoda oleh sejumlah wanita, serta relief seorang perempuan yang sedang menggendong anak kecil.
Awalnya, benda-benda purbakala ini berada di luar ruangan, dekat dengan arca kala dan lingga yoni. Namun, karena beberapa di antaranya raib akibat pencurian, semuanya dipindahkan ke dalam ruangan Kekunaan Mleri dan dikunci. Satu yang paling mencolok yang hilang adalah miniatur candi yang berukuran kecil, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1998.
Selain arca, lingga yoni, kala, dan tugu prasasti, di pelataran kompleks Candi Mleri juga terdapat enam kuburan kuno. Empat makam tersebut terletak berjajar di depan teras cungkup Mleri Kekunaan. Sementara dua makam lainnya berada di sisi kanan dan kiri cungkup. Pada masing-masing nisan makam kuno, tumbuh subur tanaman berdaun lebar yang posisinya saling menumpuk. Ny Sunarni menyebutnya sebagai pandan tumpuk.
Tak jauh dari keenam makam kuno tersebut, terdapat dua pohon sawo yang menjulang di sisi kanan dan kiri pintu masuk Candi Mleri. Selain memberikan rindang, pohon sawo tua tersebut juga memiliki tinggi yang mengesankan. Tidak ada keterangan yang pasti tentang siapa yang menghuni makam-makam tersebut. Tradisi lisan meyakini bahwa mereka adalah para sahabat Mbah Mleri, salah satunya berasal dari Kerajaan Mataram.
Di tempat ini juga termuat cerita tentang penampakan macan putih dan banyak orang yang membenarkan cerita tersebut memang benar adanya. Kesaksian tersebut di antaranya diutarakan oleh sejumlah orang yang melakukan ritualan pada Selasa Kliwon atau malam Jumat di kawasan situs Candi Mleri.
Di Kekunaan Mleri juga terdapat relief batu yang letaknya berada di atas cungkup. Tampak ukiran binatang yang sosoknya mengarah pada seekor harimau. Menurut kalangan spiritual dan tradisi lisan, secara metafisika penampakan macan putih tersebut memiliki benang merah dengan panil relief harimau di atas cungkup tersebut.
Kompleks Candi Mleri memiliki luas area sekitar 27 meter x 23 meter persegi. Upaya pelestarian Candi Mleri dimulai sejak tahun 1984, meskipun tidak sebanyak yang dihadiri oleh Candi Penataran, pengunjung Candi Mleri selalu ada.
Mereka datang dari berbagai lokasi. Bahkan tak jarang ada peneliti asing yang tertarik datang ke sini. Pada tahun 2016, terdapat perwakilan dari 10 negara, termasuk Belanda dan Prancis, yang melakukan penelitian di Candi Mleri. Candi Mleri disebut sebagai candi tertua di Kabupaten Blitar.
Candi Mleri adalah sebuah permata sejarah yang memesona di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Keberadaannya memberikan pelajaran berharga tentang masa lalu dan budaya yang kaya di wilayah ini. Sebagai pengunjung, kita tidak hanya dapat menjelajahi situs ini untuk memahami sejarahnya yang mendalam, tetapi juga merasakan nuansa mistis yang masih melekat kuat di tempat ini.
Mengunjungi Candi Mleri adalah sebuah perjalanan sejarah yang mendalam, serta pengalaman spiritual yang tidak akan terlupakan. Jadi, mari kita bersama-sama merenungkan kisah yang terukir di batu-batu Candi Mleri dan menikmati pesonanya yang tiada tara.