free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Internasional

Israel Klaim Berhasil Bunuh Pemimpin Kedua Hamas

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

02 - Nov - 2023, 15:33

Placeholder
Warga Palestina mencari korban di lokasi serangan Israel terhadap rumah-rumah kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, 31 Oktober 2023. (Foto: REUTERS/Fadi Whadi)

JATIMTIMES - Pasukan Israel mengklaim telah membunuh komandan Hamas lainnya pada Rabu (1/11/2023) dalam serangan kedua mereka di kamp pengungsi Jabalia di Gaza dalam dua hari. Serangan tersebut terjadi bersamaan dengan evakuasi turis asing dan warga sipil Gaza yang terluka parah ke Mesir, melalui Rafah. 

Hingga saat ini, Israel juga masih terus melakukan pengeboman ke Jalur Gaza yang padat penduduknya. Sementara warga Palestina mengeruk puing-puing bangunan untuk mencari korban yang terjebak, usai Israel menyerang Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza.

Baca Juga : Warga Gaza Bakal Dievakuasi Terbatas via Rafah usai Qatar Berhasil Memediasi Israel-Hamas

“Ini adalah pembantaian,” kata salah satu saksi serangan tersebut, dikutip Reuters, Kamis (2/11/2023). 

Militer Israel mengatakan jet tempurnya menyerang kompleks komando dan kendali Hamas di Jabalia. Dan mengklaim telah menewaskan kepala unit rudal anti-tank kelompok Hamas, Muhammad A’sar.

“Hamas sengaja membangun infrastruktur terornya di bawah, di sekitar, dan di dalam bangunan sipil, dengan sengaja membahayakan warga sipil Gaza,” demikian pernyataan Israel.

Pejabat hak asasi manusia PBB mengatakan operasi tersebut bisa jadi merupakan kejahatan perang. "Mengingat tingginya jumlah korban sipil dan skala kehancuran setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia, kami memiliki kekhawatiran serius bahwa ini adalah serangan yang tidak proporsional dan bisa menjadi kejahatan perang,” tulis Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB di X.

Belum ada angka pasti dari pihak berwenang Gaza mengenai korban jiwa akibat ledakan di kamp tersebut pada hari Rabu (1/11/2023). Pejabat kesehatan Palestina mengatakan serangan udara pertama Israel pada hari Selasa (31/10/2023) menewaskan sekitar 50 orang dan melukai 150 orang.

Israel mengatakan serangan hari Selasa (31/10/2023) itu menewaskan Ibrahim Biari, yang disebut sebagai pemimpin Hamas yang menyerang pada 7 Oktober terhadap Israel.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan melakukan perjalanan ke Israel dan Yordania pada Jumat (3/11/2023). Blinken akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendapatkan informasi terkini mengenai tujuan militer Israel.

Di sisi lain, Fathi Abu al-Hassan, seorang pemegang paspor AS yang menunggu untuk menyeberang ke Mesir, menggambarkan kondisi yang sangat buruk di Gaza. Di mana ia hidup anpa air, makanan atau tempat berlindung.

“Kami membuka mata terhadap orang meninggal dan menutup mata terhadap orang meninggal,” ujarnya sambil menunggu penyeberangan ke Mesir.

“Jika hal ini terjadi di negara lain… bahkan di gurun pasir, (orang-orang) akan bersatu untuk (membantu) kami,” katanya.

Orang-orang yang dievakuasi ke Mesir, terjebak di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober, termasuk pemegang paspor dari Australia, Austria, Bulgaria, Republik Ceko, Finlandia, Indonesia, Italia, Jepang, Yordania, Inggris, dan Amerika Serikat.

Menurut pejabat, turis asing dibawa melalui perbatasan Rafah dan menjalani pemeriksaan keamanan.

Pada Rabu (1/11/2023), setidaknya 320 pemegang paspor asing dalam daftar awal 500 orang serta puluhan warga Gaza yang terluka parah berhasil dievakuasi, kata sumber-sumber Mesir dan seorang pejabat Palestina, berdasarkan kesepakatan antara Mesir, Israel dan Hamas.

Setidaknya 49 pengungsi medis tiba di Mesir, kata gubernur provinsi Sinai Utara Mesir kepada Reuters.

Nahed Abu Taeema, direktur Rumah Sakit Nasser di Gaza, mengatakan bahwa para pengungsi tersebut terdiri dari 19 pasien yang terluka parah dari rumah sakitnya. Termasuk anak-anak yang memerlukan operasi lanjutan.

Sekitar 1.000 anak-anak Palestina dari Gaza ditawari perawatan di rumah sakit di UEA, didampingi oleh keluarga mereka, kata kantor berita negara UEA, WAM.

Baca Juga : MUI Minta PM Israel Netanyahu Ditetapkan Jadi Penjahat Perang!

Pejabat perbatasan Gaza mengatakan perbatasan akan dibuka kembali pada hari Kamis (2/11/2023), sehingga lebih banyak pemegang paspor asing bisa keluar. Sebuah sumber diplomatik yang mengetahui rencana Mesir mengatakan sekitar 7.500 pemegang paspor asing akan dievakuasi dari Gaza selama sekitar dua minggu.

Sementara itu, Israel mengirim pasukan darat ke Gaza yang dikuasai Hamas sejak akhir pekan lalu. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 8.796 warga Palestina di daerah kantong pantai yang sempit. Termasuk 3.648 anak-anak, telah tewas akibat serangan Israel, sejak 7 Oktober.

Militer Israel mengatakan satu tentaranya tewas di Gaza pada hari Rabu dan 15 tentara lainnya tewas pada hari Selasa. Tembakan roket Hamas terus berlanjut disertai sirene peringatan di komunitas Israel selatan serta kota pelabuhan Mediterania Ashkelon dan Ashdod.

 “Kita berada dalam perang yang sulit,” kata Netanyahu.  

"Saya berjanji kepada seluruh warga Israel: Kami akan menyelesaikan pekerjaan ini. Kami akan terus maju hingga meraih kemenangan," imbuh Netanyahu. 

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada hari Rabu bahwa Washington tidak percaya Hamas dapat terlibat dalam pemerintahan Gaza ketika perang selesai.

Meskipun angka kematian warga sipil di Gaza meningkat, Kirby juga mengatakan AS tidak yakin sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukan gencatan senjata secara umum. Namun jeda kemanusiaan dalam permusuhan diperlukan.

Rumah sakit kesulitan untuk mengatasi kekurangan bahan bakar yang memaksa penutupan. Israel menolak mengizinkan bantuan kemanusiaan membawa bahan bakar ke daerah kantong yang hancur tersebut, dengan alasan kekhawatiran bahwa pejuang Hamas akan mengalihkannya untuk tujuan militer.

Mahasiswa kedokteran Ezzedine Lulu, yang bekerja di rumah sakit Al Shifa di Gaza, membagikan rekaman video dirinya berjalan melalui koridor yang dipenuhi anak-anak yang sedang tidur dan berlindung dari pemboman.

“Saya bisa menyembuhkan luka-luka, saya bisa menghentikan pendarahan, saya tidak bisa menyembuhkan dinginnya tubuh anak-anak ini. Saya melihat mereka gemetaran ketika mereka sedang tidur, mereka tidak punya apa-apa untuk menutupi diri mereka. Musim dingin akan datang… Hentikan ketidakmanusiawian," kata Ezzedine Lulu.

Kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan telah memicu kekhawatiran global, karena mereka kekurangan makanan, bahan bakar, air minum dan obat-obatan.

Yordania, salah satu dari segelintir negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel, mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya menarik duta besarnya dari Tel Aviv sampai Israel mengakhiri serangannya di Gaza. Israel mengaku menyesali keputusan Yordania.

Gerakan Houthi di Yaman, seperti Hamas yang didukung oleh Iran mengatakan pada Rabu malam bahwa mereka telah meluncurkan sejumlah besar drone ke beberapa sasaran di Israel.

Menurut juru bicara militer Houthi Yahya Sareahe, kelompok tersebut akan terus melakukan operasi militer untuk mendukung warga Palestina, sampai agresi Israel di Gaza berhenti.  


Topik

Internasional Palestina pro palestina aksi damai palestina saved palestina israel



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Sri Kurnia Mahiruni