free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Ashabul Aikah, Penduduk yang Dibinasakan Allah di Zaman Nabi Syu'aib

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

26 - Oct - 2023, 16:21

Placeholder
Ilustrasi azab yang turun pada penduduk Ashabul Aikah(pixabay)

JATIMTIMES - Dalam Al-Qur'an, Surat As Syu'araa ayat 176-177, disebutkan nama kaum yang tinggal pada zaman nabi. Kaum tersebut, bernama Penduduk Ashabul Aikah. Mereka hidup pada zaman Nabi Syu'aib AS.

Namun, penduduk Ashabul Aikah ini, kemudian mendapatkan kemarahan Allah SWT dan kemudian dibinasakan oleh-Nya. Diolah dari detikhikmah dan ibtimes, sebab dibinasakan kaum ini dari Al Qur'an, Surat As Syu'araa ayat 176-177 diketahui karena penduduk tersebut telah mendustakan para Rasul dan juga mereka tidak bertakwa kepada  Allah SWT.

Baca Juga : TEGAS, Warga RT 02 Dusun Sengkaling Wujudkan Lingkungan Mandiri dalam Lomba SAK-RT

Allah SWT berfirman dalam surah As Syu'araa ayat 176-177, "Penduduk Aikah telah mendustakan para rasul. Ketika Syu'aib berkata kepada mereka, "Mengapa kamu tidak bertakwa?".

Ashabul Aikah memiliki arti penyembah pohon. Selain menyembah pohon kaum ini juga menyembah berhala yang mereka yakini sebagai peninggalan atau warisan nenek moyang. Untuk itulah, Allah SWT mengutus Nabi Syu’aib As agar mengajak kaum tersebut untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya, melarang menyembah pohon Aikah, dan memerintahkan mereka untuk berbuat adil dan tidak berbuat zalim.

Kaum ini sebagaian besar masyarakatnya berprofesi sebagai pedagang. Mereka  seringkali mengurangi hak orang lain dalam timbangan. Bahkan sengaja untuk membeli hasil panen dan kemudian ditimbun pada gudang. Dan saat musim paceklik datang, mereka akan menjualnya dengan harga yang begitu mahal. 

Nabi Syu'aib pun terus menasehati kaum tersebut, Dan Syu’iab berkata; “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan secara adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak meraka dan janganlah kamu membuat kesrusakan di muka bumi dan membuat kerusakan".

Namun penyampaian Nabi Syu'ai ln juatru dianggap angin. Kaum Aikah menganggap apa yang disampaikannya hanya sebuah cerita. "Wahai Syu’aib, cerita yang engkau omongkan itu hanyalah dongeng penghantar tidur yang sulit kami percaya".

Meski begitu, Nabi Syu’aib As selalu berdoa agar Allah SWT membukakan pintu hati kaumnya. Hingga sebagian kaumnya tersebut menyadari akam kesalahannya, tatapi sebagian besar lainnya belum menyadari perbuatannya.

Mengetahui hal tersebut, Kaum Aikah begitu marah dan mengeluarkan berbagai cacian kepada Nabi Syuaib.  Bahkan mereka berkata, Wahai Syu’aib, pergilah dari negeri Madyan ini beserta pengikutmu, dan kami tidak akan menyembah Allah jika engkau memang seorang rasul, maka mintalah kepada Allah agar diturunkan azab itu", Seperti yang disebutkan dalam QS. As-Syuara ayat 187.

Nabi Syu’aib As beserta pengikutnya kemudian  pergi meninggalkan kaum tersebut dan daerah yang ditinggali kaum Aikah. Setelah itu, Allah SWT menunjukkan keagungannya. 

Terjadi keanehan di langit. Awan yang sebelumnya biru menjadi hitam. Bahkan, awan hitam itu menimbulkan hawa panas yang sangat menyengat. Di situ, juga disertai suara guntur yang menggelegar. Sampai akhirnya, binasalah kaum tersebut.

Hal ini juga diabadikan dalam QS. Al-‘Araf ayat 91, "Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka"

Terdapat sejumlah pendapat tentang penduduk Aikah ini. Menurut ulama tafsir dan pengarang kitab tarikh Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa, ada yang berpendapat jika Aikah adalah Madyan. Kemudian , ada juga yang berpendapat keduanya merupakan kaum berbeda. Sebab, azab yang diturunkan juga berbeda.

Baca Juga : Pakubuwono X dan Pers sebagai Alat Pencitraan serta Perjuangan

Qatadah dan beberapa ulama tafsir lain, juga menilai jika penduduk Madyan dan Aikah berbeda. Dalam firman Allah SWT pada surah Asy Syu'araa, tidak disertakan akhuhum Syuaib (saudara mereka sendiri) seperti penduduk Madyan. Dalam surah tersebut hanya dikatakan Syu'aib.

Azab yang diterima kaum Aikah juga berbeda. Penduduk Madyan di azab Allah SWT dengan gempa dan suara yang dahsyat, sedang penduduk Aikah diazab hari gelap.

Di sisi lain, pendapat Qatadah dinilai oleh Ibnu Katsir merupakan pendapat yang lemah. Hal ini didasarkan oleh dua dalil; Pertama, tidak disebutkannya kata "saudara pada firman Allah, "Penduduk Aikah telah mendustakan para Rasul: ketika Syu'aib berkata kepada mereka..." karena penisbatan mereka kepada berhala yang bernama Aikah.

Sebaliknya, jika firman tersebut dinisbatkan kepada nama kabilah (penduduk Madyan) maka, kata Ibnu Katsir, tidak ada salahnya jika Syu'aib disebutkan sebagai saudara mereka karena berasal dari kota yang sama.

Dalil kedua, jika merujuk pada jenis azab yang diberikan Allah SWT berbeda, menurut Ibnu Katsir hal tersebut tidaklah realistis. Tidak ada ulama lain yang berpendapat demikian. 

Al-Hafizh Ibnu Asakir saat menuliskan biografi Nabi Syu'aib AS melalui jalur sampai Abdullah bin Amru secara marfu, menjelaskan bahwa penduduk Madyan dan Aikah merupakan umat yang berbeda.Allah SWT hanya mengutus Nabi Syu'aib untuk dua kaum itu, adalah pendapat yang lemah. Hadist ini sanad nya lemah, sehingga dinilai gharib.

 

 


Topik

Agama Aikah kisah nabi hukum pedagang curang



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri