JATIMTIMES - Dalam Buku Kisah-kisah Tidak Sahih di Meja Penceramah oleh Dzulkhairi Md Noor, dikisahkan sosok bernama Malik bin Dinar dan memiliki nama lengkap Abu Yahya al Basri Malik bin Dinar.
Sosoknya merupakan merupakan ulama yang memiliki watak yang tinggi dalam dunia keilmuan Islam. Malik bin Dinar bahkan sempat hidup bersama dengan beberapa sahabat nabi dan berguru dengan Tabi'in yang alim.
Baca Juga : Bangun Masa Depan Melalui Program Pendidikan Guru Penggerak
Namun sebelum menjadi alim, sosoknya merupakan pemabuk yang sangat menyukai khamr. Padahal kala itu, sosoknya juga dikenal sebagai polisi pada masa itu. Seiring berjalannya waktu ia pun mulai bertobat dan berubah menjadi lebih baik.
Dan satu waktu, ia pergi ke sebuah tempat dan kemudian membeli sebuah budak perempuan. Ia pun menikahi budak tersebut, sampai akhirnya dikaruniai seorang putri.
Putrinya yang kian bertumbuh dan dapat merangkak. Dan setiap kali, Malik meletakkan khamr dihadapannya, putrinya tersebut datang dengan merangkak dan menjauhkan khmar tersebut darinya. Bahkan, juga menyingkirkannya dengan cara menumpahkan.
Namun, takdir Allah SWT memutuskan, putri Malik bin Dinas meninggal dunia menginjak usia dua tahun.
Pada malam Nisfu Sya'ban, Malik bin Dinas tengah mabuk dan sampai lupa akan kewajibannya. Ketika itu, dalam tidurnya ia mengalami mimpi yang begitu mengerikan. Dari mikpi itulah, menjadi awal sosoknya bertobat.
Dalam gambaran mimpinya, terjadi kiamat. Disitu, ia menyaksikan sangkakala ditiup dan banyak orang dibandingkan dair kubur. Ditengah lautan manusia, ia pun berlari dan dikejar oleh seekor ular biru kehitaman dengan mulut yang terbuka.
Ditengah pelariannya, Malik bin Dinar melihat sosok syaikh yang wangi dan berpakaian bersih. Ia lantas meminta perlindungan kepadanya. Syaikh tersebut kemudian berkata, "Aku lemah dan dia (ular) lebih kuat dariku. Aku tidak dapat melawannya. Pergilah cepat, mungkin Allah akan menganugerahimu sesuatu yang akan menyelamatkanmu darinya."
Malok kemudian masih terus berlari, sampai kemudian ia tiba disebuah tepian tebing. Dan yang membuatnya kaget, dibalik tebing tersebut merupakan neraka yang siap menelan para pendosa.
Malik pun terus berlari, hingga kemudian sampai pada sebuah gunung perak dengan kubah berlapis permata di atasnya. Pada tiap kubah ini, memiliki dua pintu besar yang berwarna merah keemasan dengan taburan zamrud dan mutiara yang digantungi tirai-tirai sutra.
Baca Juga : Viral Curhatan Netizen soal Janin yang Dikandung Hilang usai Bonceng Seorang Nenek
Belum sampai didalam kubah, Malik bin Dinar diteriaki malaikat. "Angkatlah tirai-tirai, bukalah pintu-pintu dan awasilah! Mudah-mudahan orang yang malang ini mempunyai sesuatu dalam simpanan bersamamu yang dapat menolong dari musuhnya."
Setelah tirai dibuka, muncul sosok anak dengan wajah bercahaya. Ular yang mengejar malikpun dihadang oleh gerombolan anak yang, diantaranya adalah anak Malik.
Malik sempat melihat putrinya yang menangus dan memanggilnya. "Ayahku, Demi Allah!". Malik pun ikut menangis. Lantas ia menggendong putrinya tersebut. Malik lantas bertanya apakah ia mengerti Alquran. Lantas sang putri menjawab, bahwa ia memahaminya lebih baik daripada sang ayah.
Malik lantas menangis mendengar perkataan sang anak. Putri Malik kemudian berkata, bahwa ular yang mengejar Malik merupakan amalan buruk yang akan menggiring ke neraka.
Sedangkan, Syaikh yang sempat bertemu dengannya adalah amal kebaikan malik. "Wahai ayahku! Itu adalah amal kebaikanmu yang lemah, sehingga mereka tidak dapat mengatasi dosa-dosamu." Katanya.
Kemudian, Malik menanyakan tentang anak yang berada di gunung sebelumnya. Putri Malik berkata, jika anak tersebut merupakan anak-anak orang muslim sampai hari ini kiamat dan kemudian menanti kedatangan orang lain agar diberi bisa syafaat.
Setelah itu, Malik bin Dinar terbangun, terperanjat dari tidurnya. Seketika itu, ia langsung melemparkan khamr yang ada ditangannya dan langsung bertobat kepada Allah SWT atas perbuatan buruknya.