JATIMTIMES - Aktivis Greenpeace non muslim yang sedang berkunjung ke Korea menyuarakan solidaritas untuk pembangunan masjid di Daehyeon-dong, Deago yang tak kunjung selesai hingga dua tahun lamanya. Hal ini terjadi karena adanya penolakan oleh warga sekitar terhadap pembangunan tempat ibadah umat muslim.
Mirisnya, penolakan warga tersebut sampai menggelar pesta makanan daging babi di gang depan masjid, di Daehyeon-dong, Deago.
Baca Juga : Peringati Maulid Nabi dengan Salawatan, Bhisma Perdana: Cinta Rosul dengan Meneladani Akhlak Nabi
Menurut aktivis greenpeace yang dikutip dari akun @mps.production._official, bangunan masjid di Daegu sudah mendapatkan izin dari pemerintah kota setempat.
"Komunitas mahasiswa muslim sudah mendapat izin bangun masjid di kota ini. Namun warga sekitar memaksanya jadi tempat barbekyu babi," ungkap aktivis Greenpeace tersebut.
Bukan hanya itu, warga bahkan juga melemparkan potongan kepala babi ke tempat pembangunan. Warga juga berupaya terus menerus menghalangi pembangunan masjid, hingga berhenti sejak dua tahun lalu.
"Jadi saya datang ke Daegu bersama dengan pihak Greenpeace Korea, untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan bagi para korban serangan rasis ini dan serangan islamofobia disini di Korea," ungkap aktivis tersebut.
Aktivis greenpeace tersebut juga menunjukkan gang masuk ke masjid yang dipasang perancah oleh warga. Padahal sejatinya perancah yang dipasang itu ilegal atau tidak izin pemerintah setempat.
Adanya perancah itu, kata aktivis Greenpeace menghalangi kendaraan yang keluar masuk untuk pembangunan masjid di Daegu, Korea.
"Jadi rumah di sebelah masjid ini memasang perancah. Perancah ini sebenarnya ilegal. Dan tidak ada konstruksi sama sekali. Tapi satu-satunya alasan warga memasang perancah ini adalah untuk menghalangi jalan masuk ke masjid. Jadi kendaraan pembangunan masuk dan keluar lokasi ini tidak bisa bisa melintas," ungkap aktivis Greenpeace tersebut.
Baca Juga : KPU: Pemilih Berada di Luar Kabupaten Malang Masih Bisa Gunakan Hak Pilihnya
Tampak aktivis Greenpeace itu juga menunjukkan bangunan masjid yang terbengkalai selama 2 tahun. Di mana bagian fondasi bangunan sudah tertata rapi. Namun bagian atapnya belum terpasang. Termasuk beberapa besi masih berantakan belum tertata rapi.
Berdasarkan penelusuran, penolakan terhadap pembangunan masjid yang terjadi di Korea Selatan (Korsel) menamakan dirinya sebagai kelompok demonstran 'Komite Anti Masjid Daegu'. Mereka mengklaim ingin dihormati budayanya.
Permasalahan bermula pemerintah setempat menyetujui pembangunan masjid di dekat Universitas Nasional Kyungpook tahun 2020. Banyaknya mahasiswa asing Muslim yang tak memiliki rumah ibadah menjadi dasar pembangunan.
Namun setelahnya, proyek tersebut menjadi titik perdebatan. Akhirnya kantor Distrik Buk di Daegu mengeluarkan perintah administratif untuk menghentikan pembangunan.
Tetapi perintah tersebut dicabut setelah Mahkamah Agung memutuskan pada bulan September 2022 dan menegaskan bahwa proyek tersebut sah. Namun, konflik terus berlanjut di mana sejumlah protes dengan menggunakan babi dilakukan.