JATIMTIMES - Sedikitnya ada belasan kambing dan seekor kerbau yang turut dilarung dalam Labuhan Sesaji Gunung Kombang Pantai Ngliyep, Sabtu (30/9/2023). Melalui tradisi adat warisan leluhur Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang tersebut, para pengikut labuhan berharap kebesaran Tuhan untuk mendapatkan keselamatan.
"Yang dilarung satu kerbau dan 17 kambing. Selain itu juga ada 100 ekor ayam," ungkap Sujarwati selaku pemangku adat setempat saat ditemui disela agenda Labuhan Sesaji Gunung Kombang Pantai Ngliyep.
Baca Juga : Pesta Pernikahan di Irak Kebakaran, Tewaskan 94 Orang
Dijelaskan Sujarwati, tidak semua bagian tubuh dari hewan dilarung ke Gunung Kombang Pantai Ngliyep. Melainkan hanya bagian kepala, kaki, kulit, dan sebagian darahnya. Sedangkan untuk ayam juga tidak ikut dilarung, melainkan di masak untuk disajikan dalam agenda selamatan.
"Agenda Labuhan tidak hanya diikuti oleh warga Desa Kedungsalam, tapi juga anak cucu dan saudara yang dari luar daerah. Jadi ada yang dari Jakarta, Bandung dan dari beberapa daerah di luar kota lainnya juga ada banyak," ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan JatimTIMES, agenda Labuhan diawali dengan upacara adat di Rumah Lumbung yang berlokasi di Dukuh Krajan, Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang. Dalam agenda upacara adat tersebut, juga ditandai dengan tabuhan lesung.
Setelahnya para pengikut dan tamu undangan yang hadir, beranjak dari Rumah Lumbung menuju Pantai Ngliyep. Setibanya di sana, para pengikut Larung Sesaji kemudian mempersiapkan segala kebutuhan Labuhan.
Terlihat, sesajen yang hendak dilarung dipikul menggunakan kotak kayu. Para pengikut labuhan kemudian berjalan kaki untuk menuju lokasi Larung Sesaji yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Pantai Ngliyep.
Sepanjang perjalanan, para pengikut labuhan diiringi dengan musik adat berupa gong hingga kendang. Musik yang dihasilkan digunakan untuk mengiringi kesenian mulai dari Reog Ponorogo, Bantengan, hingga Jaranan, dan tarian.
Setibanya di Gunung Kombang, para pengikut labuhan kemudian memanjatkan doa secara bergantian. Setelahnya, kerbau hingga kambing dan beberapa sesaji yang telah dipersiapkan di larung dengan cara dilempar ke Pantai Ngliyep secara bergantian.
Baca Juga : PD Jasa Yasa Kabupaten Malang Akan Gelar Pemilihan Putri Garudeya
"Labuhan Sesaji Gunung Kombang Pantai Ngliyep ini ditujukan kepada Tuhan yang Maha Kuasa untuk meminta keselamatan bagi seluruh anak cucu dan saudara yang datang," tukas Sujarwati.
Sebagaimana diberitakan, awal mula diadakannya tradisi Larung Sesaji lantaran di Desa Kedungsalam terjadi pagebluk kematian. Dikatakan pagebluk kematian lantaran ketika pagi ada warga yang menderita sakit, maka sore harinya meninggal dunia. Sebaliknya, jika sore mengalami sakit, keesokan paginya meninggal dunia.
Tokoh Desa Kedungsalam pada saat itu kemudian melangsungkan semadi di Gunung Kombang. Hasil dari semadi tersebut, Kepala Desa Kedungsalam pertama yakni Eyang Kiai Thalib dan Eyang Atun mendapat wangsit. Yakni mengadakan Larung Sesaji untuk mengusir pagebluk.
Hingga kini, Larung Sesaji masih terus dilestarikan. Pada Sabtu (30/9/2023), Labuhan Sesaji Gunung Kombang Pantai Ngliyep telah dilangsungkan ke-114.