JATIMTIMES - Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Timur (Jatim), Ahmad Rizki Sadig curiga jika bakal capres Koalisi Perubahan Anies Baswedan memiliki rencana di balik keputusannya menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Rizki meyakini Anies ingin meraup suara dari kaum Nahdlatul Ulama (NU) dengan menggandeng Cak Imin. Pasalnya, menurut Rizki Cak Imin merupakan alumni pondok pesantren di Jawa Timur (Jatim).
Baca Juga : Heboh, Sengitnya Seleksi Pramugari Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Harus Bisa Berbahasa China
"Misalkan Cak Imin, saya yakin itu Pak Anies sedang mengambil ceruk NU, sudah pasti. Karena dia adalah keluarga besar dari keturunan yang tumbuh dari pondok pesantren. Saya kira itu yang akan diambil itu," ujar Rizki dalam keterangan tertulis, Jumat (29/9/2023).
Akan tetapi, Rizki menilai pemilihan cawapres Anies kurang tepat. Ia mempertanyakan perhitungan Anies akan elektabilitasnya yang bisa saja jatuh jika mengambil Cak Imin sebagai cawapres.
"Harusnya dihitung juga, apakah penambahan faktor Cak Imin menjadi cawapres menambah elektabilitasnya Pak Anies itu sebanding enggak dengan elektabilitasnya Pak Anies yang turun karena mengambil Cak Imin," ucapnya.
Rizki pun mengungkap penguasa di wilayah Jatim hanya antara PKB dan PDIP. Sementara partai lain dipastikan hanya memperebutkan posisi tiga ke bawah.
Rizki kemudian mencontohkan pengalaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mengambil Ketua Umum PBNU saat itu, Hasyim Muzadi sebagai cawapres pada Pemilu 2004.
Meski sudah menggandeng sosok NU, pasangan Megawati-Muzadi tetap kalah oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla (JK).
"Tahun 2004, tahun di mana masih ada nuansa Gusdurian masih kompak. Kemudian PKB juga masih seperti itu. Itu ada Ketua Umum PBNU nyalon sebagai wapresnya Bu Mega. Itu Ketua Umum PBNU loh. Berarti pimpinan tertingginya NU bergabung dengan Mega PDIP. Di Jatim cuma dapat (suara) 5 juta. Jadi 5 juta kira-kira mungkin kalau zaman dulu 20-an juta, berarti lebih kurang 20-25 persen," jelasnya.
Selanjutnya Rizki menghitung permisalan Pemilu 2019 di mana PKB punya basis besar di sana. Suaranya mencapai 4 juta dari total 30 juta pemilih yang ada.
"Berarti lebih kurang sekitar 10-11 persen. Kalau di-converse ke seluruh Indonesia dengan 160-170 juta pemilih, penambahnya 2-3 persen," sambungnya.
Ia lalu mengingatkan ada banyak kelompok pemilih di Jatim, sebab Khofifah Indar Parawansa bisa menjadi Gubernur Jatim tanpa dukungan dari PKB.
Oleh karena itu, Rizki meyakini tidak semua kiai di Jatim akan memilih Cak Imin di Pilpres 2024 mendatang.
Baca Juga : Tak Dibongkar, Tugu Silat di Tuban Berubah Jadi Tugu Pancasila
"Jadi saya kira kan juga ada klaster kiai-kiai yang memang tidak pilihannya kepada Muhaimin, tapi pilihannya lebih general, lebih liberal, dekat sama Prabowo, dekat sama Khofifah, dekat sama Mas Ganjar, masih banyak lagi di situ. Nah itu dihitung enggak kira-kira sama timnya (Anies). Atau itu emosional memasangkan pada saat itu," katanya.
Sementara itu, Rizki melihat ada perbedaan massa pendukung Anies sebelum dan sesudah Cak Imin menjadi cawapres. Sebagaimana di Madura, Anies disambut dengan meriah sebelum memilih Cak Imin sebagai cawapres.
Namun, ketika Cak Imin ditunjuk menjadi cawapres, masyarakat menilai Anies secara berbeda. Rizki menduga banyak pesantren di Jatim yang baru akan menentukan sikap menjelang Pemilu 2024.
"Beberapa pondok pesantren yang cukup tua saya kira juga masih menjaga jarak dengan faktor itu, karena mereka ada hubungan emosional dengan Gus Dur," pungkasnya.
Seperti yang sudah diketahui bersama, Anies dan Cak Imin resmi dideklarasikan sebagai pasangan capres-cawapres oleh Ketua Umum NasDem Surya Paloh di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9/2023) lalu.
Acara deklarasi hanya dihadiri pengurus NasDem dan PKB. Sementara Presiden PKS Ahmad Syaikhu tak bisa hadir dalam acara deklarasi tersebut.
Terkait pemilihan Cak Imin sebagai Cawapresnya, Anies menilai Cak Imin memenuhi sejumlah kriteria yang selama ini sering disampaikannya.
Di antaranya membantu pemenangan pemilu hingga memiliki pengalaman yang lengkap di legislatif maupun eksekutif.
"Satu faktor pemenangan pemilu, kedua bekerja bersama membangun pemerintahan dan ketiga memperkuat koalisi, jelas perkuat koalisi, jelas kriteria itu masuk. Keempat chemistry, sama-sama aktivis, kelima se-visi," kata Anies, Jumat (2/9/2023).