JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang terus berupaya menurunkan angka stunting. Targetnya, pada tahun 2030 nanti, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting Kota Malang bisa nol persen.
Saat ini berdasarkan SSGI, angka stunting di Kota Malang masih berada di angka 16 persen. Angka itu pun sudah turun jika dibandingkan dengan tahun 2023 yang masih berada di angka 18 persen.
Baca Juga : Hutan Gunung Bromo Kembali Alami Kebakaran
Namun sebenarnya, berdasarkan bulan timbang pada tahun 2022, angka stunting di Kota Malang sudah mencapai 9,09 persen. Apalagi sejak tahun 2020, angka stunting juga terus berangsur turun. Yakni sebesar 14,53 persen di tahun 2020 dan 9,41 persen di tahun 2021.
“Harapannya supaya target bisa tercapai, yaitu di angka 16 persen pada tahun 2024. Tapi semoga di tahun 2023 ini kita sudah bisa 14 persen dan itu start pertama. Berikut di tahun 2024 sampai tahun 2030 sudah bisa tuntas,” ujar Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko, Rabu (30/8/2023).
Wakil wali kota Malang itu berharap besar bahwa perhatian yang diberikan pada stunting tersebut bisa turut berimbas hingga terwujudnya zero stunting di Kota Malang. Saat ini, Pemkot Malang telah menganggarkan lebih dari Rp 300 miliar untuk percepatan penanganan stunting.
Anggaran sebesar Rp 300 miliar tersebut tersebar di sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD). Antara lain di Dinas Kesehatan, Dinsos P3AP2KB, Dispendukcapil, DPUPRPKP, Dispangtan, serta Diskominfo.
Salah satu contoh program yang dimaksudkan untuk penanganan stunting adalah program gemar makan ikan. Program tersebut digelar oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan).
“Salah satu contohnya seperti kegiatan yang ada di Dispangtan yaitu gemar makan ikan dan urban farming, seperti yang waktu itu telah kita lakukan bersama dengan masak olahan ikan. Kalau itu dilakukan di wilayah-wilayah dan indikasi (stunting) anaknya di situ, kan kena betul. Bukan formalitas atau seremonial tapi langsung action,” terang Edi.
Baca Juga : Elpiji Bocor Jadi Pemicu Ledakan, Pasutri di Malang Alami Luka Bakar
Walau demikian, dirinya tidak menjelaskan apakah ada kelurahan di Kota Malang yang tergolong prioritas dalam penanganan stunting. Sebab, seluruh wilayah di Kota Malang menjadi prioritas.
Apalagi, kondisi tersebut cenderung dinamis. Sofyan Edi menilai, hal itu lantaran angka kelahiran di Kota Malang juga akan terus dinamis. Begitu juga dengan angka kematian.
“Seluruh kelurahan itu sebenarnya jadi atensi kita. Oleh karena itu, tim percepatan tiap kelurahan harus betul-betul memahami wilayahnya. Hari ini ada berapa bayi yang lahir, ibu hamil berapa. Termasuk angka kematian ibu, kelahiran anak, itu supaya update terus,” pungkas Edi.