free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Panembahan Hanyakrawati, Sang Arsitek Keraton Pertama Mataram di Kotagede

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Nurlayla Ratri

20 - Jul - 2023, 21:04

Placeholder
Situs Makam Raja-Raja Mataram di Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto : Instagram @zakimath)

JATIMTIMES- Kesultanan Mataram Islam sebenarnya mulai mengembangkan Kotagede sebagai keraton yang megah setelah wafatnya Panembahan Senopati. Raja kedua Mataram Panembahan Hanyakrawati, banyak membangun bangunan-bangunan baru di Kotagede, meneruskan pembangunan yang dilakukan ayahnya yang mangkat.

Panembahan Hanyakrawati memiliki nama kecil Raden Mas Jolang. Ia merupakan putera Panembahan Senopati dengan permaisuri yang berasal dari Pati, daerah paling istimewa di masa awal berdirinya Kesultanan Mataram. Secara urutan putra-putri Senopati, Jolang berada di urutan kesepuluh, namun saudara-saudara lain Jolang memiliki ibu yang berderajat lebih rendah.

Baca Juga : Heboh Pernikahan Mewah Anjing Pakai Adat Jawa hingga Pemberkatan, Pemilik Minta Maaf

Susuhunan atau Sunan adalah gelar yang merujuk pada penguasa monarki. Meskipun digunakan kaum bangsawan, penggunaan gelar juga ditujukan kepada orang yang dihormati. Gelar ini berasal dari bahasa Jawa Kuno susuhunan yang berakar dari kata suhun. Istilah "susuhunan" dapat diartikan sebagai "junjungan".  Sedangkan Panembahan, adalah orang yang dijunjung atau levelnya berada di bawah gelar sultan atau raja besar.

Hanyakrawati memiliki beberapa saudara. Di antaranya saudara-saudaranya itu antara lain Raden Mas Tembaga dan Raden Mas Kedawung, diangkat oleh Panembahan Senopati masing-masing sebagai Adipati Puger dan Pangeran Demang Tanpa Nangkil. Dua saudaranya yang lain, Raden Mas Damar dan Raden Bagus, baru diangkat menjadi Pangeran Adipati Purbaya dan Pangeran Adipati Juminah oleh putera yang jadi penerusnya yakni Sultan Agung.

Alasan diangkatnya Raden Mas Jolang sebagai penerus tahta Mataram tidak perlu diragukan, karena ia merupakan putra Senopati dari permaisuri. Meskipun pada waktu itu Senopati memiliki permaisuri lain, Retno Dumilah yang berasal dari Madiun, namun Mataram yang memiliki hubungan istimewa dengan Pati, jelas membuat Jolang terdepan sebagai pewaris tahta. 

Pati adalah daerah kekuasaan keturunan Ki Panjawi, tokoh penting yang ikut menewaskan Arya Penangsang bersama tiga orang pendiri Kesultanan Mataram yakni Ki Ageng Pamanahan, Ki Ageng Giring dan Panembahan Senopati.

Di awal masa kekuasaannya, Hanyakrawati tampil menunjukkan bakatnya yang lain sebagai arsitek. Pada 1603, Hanyakrawati membangun Prabayeksa, tempat kediaman raja Mataram. Dua tahun kemudian, pada 1605 ia membangun sebuah kolam di dalam taman indah Danalaya. Taman indah Danalaya adalah bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal seorang albino bernama Juru Taman, ia adalah salah seorang punakawan raja.

Panembahan Hanyakrawati juga terus mempercantik bangunan Keraton Kotagede. Pada 1606, istana raja di Kotagede dibangun baru lagi dengan dilengkapi tembok dan pintu-pintu gerbang. Dengan pembangunan ini tentunya Kediaman raja berpindah lagi, namun tentunya tetap di Kotagede. Babad Momana menjelaskan bangunan baru raja ini dengan istilah Astana kapura ing kitha ageng.

Pada 1610,  Babad Momana kembali memberitakan Hanyakrawati melanjutkan pembangunan di Kotagede dengan membangun lumbung di daerah Gading. Selain lumbung, Babad Momana juga menyebut raja membangun taman di kawasan lumbung tersebut. Taman tersebut difungsikan Hanyarawati sebagai tempat untuk bersantai dan bercengkrama.

Di tahun berikutnya yakni di tahun 1611, Babad Momana mengabarkan Raja Mataram Panembahan Hanyakrawati membangun tempat perburuan yang disebut krapyak beringan. Pada tahun berikutnya yakni di tahun 1612, Hanyakrawati melaksanakan kunjungan di daerah perburuan ini. Sayangnya hingga kini tempat perburuan itu lokasinya masih misterius. Adapun tempat yang diduga sebagai lokasi perburuan itu kini adalah daerah bernama Krapyak yang lokasinya berada di selatan Keraton Yogyakarta dan kini masuk dalam wilaya administrasi Kabupaten Bantul.

Selain menaruh perhatian tinggi di bidang infrastruktur, Panembahan Hanyakrawati juga menaruh perhatian di bidang sastra dan sejarah. Pada 1612, raja kedua Mataram itu memerintahkan disusunnya Babad  Demak. Dalam mengerjakan penulisan babad tersebut Hanyakrawati dibantu oleh seorang penulis bernama Panjang Mas. Sayangnya, Babad Demak yang ditulis oleh Hanyakrawati ini saat ini hilang tak berbekas. Jejaknya tidak terlacak dan bentuk fisiknya sudah tidak ditemui lagi.

Baca Juga : Kapal Muatan Barang Putri Kuning Gili Raja Tenggelam: 2 Meninggal, 3 Belum Ditemukan

Panjang Mas adalah seorang budayawan dan dalang yang berasal dari Kedu. Ia mulai menetap di Mataram sejak era Panembahan Hanyakrawati. Dalam tradisi wayang purwa, sang dalang juga acapkali dipanggil Anjang Mas.

Diduga Panjang Mas memiliki usia yang cukup panjang dan hidup hingga era pemerintahan Sunan Amangkurat I. Panjang Mas adalah seorang yang cukup berpengaruh di bidang budaya di Mataram pada waktu itu. Siapapun yang ingin melakukan ruwatan diharuskan mendapatkan izin terlebih dahulu dari Panjang Mas. 

Di Mataram pada waktu itu juga ada peraturan-peraturan yang dibuat oleh Panjang Mas. Namun dugaan ini kiranya perlu diteliti lebih lanjut, apakah benar Panjang Mas orang yang membantu Hanyakrawati itu adalah orang yang sama dengan Ki Dalang Panjang Mas suami Ratu Malang yang dihabisi nyawanya dengan cara keji oleh Amangkurat I? Jika benar maka Panjang Mas bisa jadi hidup hingga usia hampir atau lebih dari 100 tahun.

Dalam perkembangannya, Keraton pertama Kerajaan Mataram Islam di Kotagede akhirnya ditinggalkan setelah Sultan Agung berkuasa. Sultan Agung bergelar Panembahan Agung Hanyakrakusuma saat pertama dikukuhkan sebagai penguasa Mataram yang ketiga. Ia menggantikan ayahnya Panembahan Hanyakrawati yang wafat misterius saat berburu di hutan krapyak pada 1613.

Sultan Agung membangun Keraton Kerto sebagai ibukota yang lebih luas dan besar daripada Kotagede. Keraton baru dibangun dengan konsep lebih megah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Mataram adalah negara baru yang besar dan tidak bisa diremehkan.

Keraton Kerto adalah istana yang luas, terbuka dan megah. Pembangunan istana ini memakan waktu sepuluh tahun lebih dan menyerap banyak tenaga rakyat. Sumber-sumber dari Belanda menyatakan rakyat Mataram tidak pernah lagi dapat beristirahat karena harus bekerja tanpa henti membangun Keraton Kerto. Rakyat tak pernah bisa istirahat karena satu pekerjaan belum selesai, sudah ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan.

Perolehan Medali Porprov Jatim IX 2025

Update: -

No Kota / Kabupaten Emas Perak Perunggu Poin
Total - - - -

Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Panembahan Hanyokrowati Mataram sejarah



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Nurlayla Ratri