free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Mewahnya Rumah Kampung Pengemis di Sumenep, Mirip Istana di Sinetron

Penulis : Mutmainah J - Editor : Nurlayla Ratri

13 - Jun - 2023, 20:33

Placeholder
Penampakan rumah di Kampung Pengemis Sumenep, Madura. (Foto dari screenshot)

JATIMTIMES - Kekhasan budaya berbingkai nilai-nilai agama yang sudah disandang masyarakat Madura secara umum terkadang menampakkan kenyataan hidup yang ironi.

Pekerja keras dan tanpa menyerah dalam kondisi apapun dan di manapun sudah bukan rahasia lagi. Namun berbeda dengan kenyataan yang disandang warga Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep.

Baca Juga : Raden Ronggo Prawirodirdjo I: Panglima Perang Giyanti, Orang Dekat Sultan HB I dan Sahabat Pangeran Sambernyawa

Di sana terdapat sebuah kampung yang dijuluki sebagai Kampung Pengemis. Dari sejumlah penduduk tersebut, delapan puluh persen diantaranya berprofesi sebagai pengemis. Tak heran, kampung ini lantas diberi julukan 'Kampung Pengemis' 

Namun, meski dijuluki sebagai Kampung Pengemis, perkampungan itu tak seperti namanya. Setiap orang yang masuk perkampungan pengemis itu tidak akan percaya bila warganya menjadi pengemis. Selain tidak ada rumah gedek (rumah anyaman bambu), kendaraan bermotor juga ramai terlihat lalu lalang.

Dilihat dalam video unggahan akun Tiktok @Rina Ayong, nampak rumah-rumah yang berdiri di Kampung Pengemis itu bak sebuah istana yang kerap muncul di sinetron.

Bangunan yang berjulang tinggi dengan arsitektur mewah dan sama sekali tak menggambarkan rumah seorang pengemis.

Tak hanya rumah mewah dan megah, di Kampung Pengemis itu juga para orang tua mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga ada yang kuliah di jurusan kedokteran.

Meski para pengemis di Desa Pragaan tersebut sudah memiliki rumah dan berbagai macam perabotan mewah, tetapi mereka mengaku tak sanggup meninggalkan mata pencahariannya tersebut.

Dilansir dari repository.unair.ac.id, berdasarkan penelitian yang dilakukan Arzena Devita Sari, perilaku mengemis di Desa Pragaan Daya, Kabupaten Sumenep telah menjadi budaya yang dijaga kelestariannya secara turun temurun.

Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman pra kemerdekaan, yang mengharuskan seseorang untuk menjadi pengemis apabila ingin menikah dengan masyarakat yang berasal dari 'Kampung Pengemis' di desa tersebut.

Baca Juga : Kisah Fatimah az-Zahra Bersedih dan Rasullullah Membuat Batu Penggiling Gandum yang Berputar Sendiri

Fakta menyebutkan bahwa, kondisi perekonomian masyarakat yang berprofesi sebagai pengemis di kampung tersebut sangat berkecukupan dan jauh dari garis kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki penghasilan yang nilainya cukup fantastis.

Uang yang mereka peroleh dari hasil mengemis biasanya akan diinvestasikan dalam bentuk rumah, kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor, serta beberapa hewan ternak seperti sapi.

Pengemis di kampung tersebut menjadikan perilaku mengemis sebagai sebuah jasa dalam bisnis mutual benefit, tetapi hal tersebut hanya berlaku bagi pengemis non-konvensional.

Fenomena tak biasa itu tentu membuat orang-orang yang melihatnya heran. Tak heran jika video yang mengunggah soal rumah di Kampung Pengemis itu viral dan mendapat banyak tanggapan beragam dari para warganet.

"@Didia:haha aku di Sumenep 2 tahun min. gak pernah buka pagar kalo ada yg minta2, karena udah tau mereka bukan miskin tapi emang mata pencahariannya"

"@acengdi ?:bingung mau ucap SUBHANALLAH atau ASTAGFIRULLAH ?"


Topik

Serba Serbi Kampung Pengemis madura sumenep. desa pragaan istana rumah mewah



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Nurlayla Ratri