free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Internasional

Fakta Teknologi AS yang Dituding sebagai Biang Kerok Gempa Turki

Penulis : Mutmainah J - Editor : A Yahya

11 - Feb - 2023, 19:40

Placeholder
Penampakan antena HAARP, Alaska, AS. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Telah beredar sebuah teori konspirasi yang mengatakan jika gempa Turki disebabkan oleh teknologi Amerika Serikat (AS) bernama High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP). 

Namun faktanya, HAARP tidak seperti itu. Teknologi HAARP justru digunakan untuk "memanggang langit."

Baca Juga : Antisipasi Balapan Liar, Polres Malang Bakal Rutin Lalukan Patroli Jelang Ramadan

 HAARP dibangun di Alaska, dimana lokasinya berada di sekitar 4 jam dari ibu kota negara bagian Amerika Serikat. Dalam bangunan HAARP, terdapat sebuah antena raksasa terbentuk dari sekitar 180 menara perak setinggi 22 meter, tersusun rapi dan tersambung jaringan kabel yang rumit.

Antena raksasa itu berfungsi sebagai pengirim energi radio berkekuatan 2,1 MW ke salah satu lapisan atmosfer yang diberi nama ionosfer, 100 km di atas permukaan Bumi.

Sementara, pancaran dari radio HAARP berfungsi sebagai "memanggang" elektron di ionosfer menjadi gas ion (yang disebut sebagai plasma).

Adanya plasma yang memenuhi atmosfer bisa mengganggu dan memperlambat aliran sinyal komunikasi dan navigasi dari satelit ke Bumi.

Sehingga, tanpa disadari kehidupan manusia sudah sangat tergantung kepada gelombang radio. Gelombang radio itu digunakan untuk perangkat yang digunakan tiap hari seperti router WiFi, pesawat televisi, HP, hingga mobil.

Sehingga, adanya gelombang radio bisa dipergunakan untuk mengirim suara, gambar, dan teks - yang kini semua bisa diantarkan secara digital lewat internet.

Akibatnya, kondisi ionosfer bisa berdampak ke hidup sehari-hari manusia karena saat ini nyaris semua aktivitas kita ditunjang oleh pancaran frekuensi elektromagnetik. 

Sebelum-sebelumnya, tentara AS sempat bereksperimen menggunakan HAARP untuk mencari cara memanipulasi plasma di ionosfer, baik untuk menghilangkan maupun menimbulkan, gangguan komunikasi satelit dan radar.

Baca Juga : Mas Dhito Bakal Lakukan Transformasi Digital di Pemkab Kediri

Namun, sejak HAARP aktif pada 1999 ia sering kali dijadikan tumbal atas terjadinya berbagai peristiwa alam. 

Salah satunya seperti Iran yang pernah menyalahkan HAARP atas terjadinya bencana banjir yang menimpa Iran. Tak hanya Iran, Hugo Chavez juga pernah menuding HAARP sebagai biang kerok gempa bumi di Haiti. Kini, HAARP dijadikan sasaran sebagai alasan gempa mematikan menghantam Turki.

Saat ini, HAARP bukan lagi berada dalam kekuasaan militer As. Kekuasaan itu hilang semenjak eksperimen yang dilakukan tentara AS gagal dan akhirnya mereka menyerah. 

Selama belasan tahun, tentara AS gagal menemukan frekuensi plasma yang tepat. Sementara, HAARP membutuhkan penyetelan untuk mengirim sinyal yang pas agar bisa memanipulasi ionosfer.

Untuk itu, ilmuwan di Institut Geofisika Fairbanks di Universitas Alaska memutuskan untuk mengambil alih pengelolaannya. Secara resmi, menurut Scientific America, angkatan udara AS menyerahkan HAARP ke Universitas Alaska pada 2015.


Topik

Internasional



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

A Yahya