free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Mengenal Isi Museum Brawijaya, Tempat Wisata Penuh Sejarah

Penulis : Beatriks Uta - Editor : Dede Nana

04 - Feb - 2023, 00:53

Placeholder
Tampak depan Museum Brawijaya Malang Jawa Timur, Jumat (3/03/2023). (Foto: Atris)

JATIMTIMES – Salah satu tempat wisata yang terletak di Kota Malang, Jawa Timur yaitu Museum Brawijaya. Museum yang menyimpan banyak sejarah dan dimungkinkan belum banyak diketahui masyarakat.

Museum Brawijaya pertama kali digagas oleh Pangdam v Brawijaya yaitu Surahman pada tahun 1962. Idenya baru terwujud dan diresmikan oleh Purnawirawan Dr. Soewondo, 4 Mei 1968.

Baca Juga : Raden Mas Garendi, Cucu Amangkurat III Pemimpin Laskar Jawa-Tionghoa di Peristiwa Geger Pecinan 

 

Sebuah museum militer yang berdiri di atas lahan seluas 11.520 meter persegi dengan luas bangunan 3.200 meter persegi ini memiliki motto “Citra Utha Pana Cakra atau Cahaya yang membangkitkan semangat”.  Sedangkan untuk tanah adalah milik Pemerintahan Kota Malang.

Wakil Museum Brawijaya Muhammad Sukni mengungkapkan, museum tersebut memiliki 1.642 koleksi. Kemudian terdapat 5 lokasi yang ada di dalam museum Brawijaya.

”Lokasi pertama ada taman halaman depan yang merupakan taman senjata api atau Agne Yastra Loka. Dengan dua senjata buatan Jepang yang direbut oleh pejuang dulu ditempatkan di pantai barat kabupaten Bangkalan,” ungkapnya.

”Senjata itu digunakan oleh pejuang kita dan menjatuhkan dua pesawat udara atau pesawat tempur Mustang milik Belanda. Pada 21 Juli – 5 Agustus 1947 saat agresi militer Belanda yang pertama,” tambahnya.

Ia melanjutkan, terdapat juga tank amfibi milik Jepang dengan berat 14 ton dan di belakangnya ada meriam Si Buang. Hingga foto Jenderal Sudirman yang ada di lokasi pertama.

“Kemudian tank amfibi lapis baja milik Jepang beratnya kurang lebih 14 ton. Senjata itu direbut oleh tentara-tentara kita dan digunakan pada pertempuran hebat dengan sekutu, 10 November di Surabaya. Di belakangnya, ada meriam Si Buang milik Jepang. Saat Jepang kalah dalam perang Asia Afrika Timur dengan Sekutu, akhirnya senjatanya dikuasai oleh Belanda,” lanjutnya.

Terjadi beberapa pertempuran hebat sehingga meriam Si Buang itu bisa direbut oleh pejuang bangsa Indonesia. Pertempuran tersebut berujung pada kematian pasukan Tentara Republik Indonesia Pelajar.

“10 Desember 1948, terjadi pertempuran hebat dengan pejuang kita, akhirnya berhasil direbut, dan dibawa ke arah Lamongan. Dalam perjalanan, terjadi  pertempuran hebat lagi dengan Belanda dan satu pejuang kita gugur. Di dalamnya ada tank amfibi AM Track (LVT) buatan Amerika,” tutur Muhammad.

Baca Juga : Sukseskan PTSL, Pemkab Malang Dukung Program Gemapatas 

 

“Tank itu masuk ke arah Surabaya menuju Singosari Lawang. Terjadi lagi pertempuran hebat di Kota Malang Jalan Salak. Akhirnya, gugurlah 35 TRIP dan mereka dilindas dengan tank serta tubuhnya tidak bisa diidentifikasi lagi. Jenazah mereka dikuburkan menjadi satu liang, di ujung Jalan Salak. 1959, taman makam itu dijadikan monumen yang diresmikan oleh Presiden Soekarno,” imbuhnya.

Lokasi yang kedua yaitu ruang lobi, foto-foto Wali Kota Malang, foto-foto panglima Kodam, lambang Kodam, peta Indonesia, mobil desoto, hingga relief kekuasaan kerajaan Majapahit. Kemudian pada lokasi yang ketiga, terdapat ruangan koleksi satu di sebelah Utara.

“Ruangan koleksi satu, isinya dari tahun 1945-1949. Terus, ada meja kursi tempat perundingan ketika pertempuran hebat dengan Sekutu. Perundingan itu gagal karena tewasnya jenderal Mallaby. Ada juga merpati pos untuk bertukar informasi tentang kedudukan musuh atau belanda sekitar 1946,” kata Sukni.

Ruangan koleksi tertutup 2 diisi denga, 271 keris, senjata-senjata hasil rampasan saat terjadi pemberontakan, komputer dan alat musik. Barang-barang tersebut terdapat pada lokasi ke-4. Selanjutnya, ada gerbong maut, perahu Segigir, dan perpustakaan militer.

“Lokasi terakhir, di belakang ada gerbong maut dan perahu segigir. Gerbong itu adalah salah satu dari tiga gerbong yang digunakan Belanda untuk mengangkut 100 tawanan menuju penjara bubutan di Surabaya," ujarnya.

"Gerbong itu tidak ada ventilasi dan terbuat dari besi. Sehingga 46 tawanan dalam gerbong tersebut gugur dalam kondisi kulit terkelupas karena kepanasan. Perahu Segigir, yaitu salah satu perahu yang digunakan oleh Letkol Candra Hasan Komandan Resimen Joko Tole,” tandasnya.


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Beatriks Uta

Editor

Dede Nana