JATIMTIMES - Salah satu sekolah paling legend dan merupakan sekolah tertua di Lumajang, pada Desember kemarin genap berusia 108 tahun. SDN Ditotrunan 01 atau yang dikenal sebagai SD Lowo, sudah berdiri jauh sebelum merdeka tepatnya, pada 31 Desember tahun 1914 atau pada zaman penjajahan Belanda.
Ketua Panitia Ulang Tahun Agus Setiawan mengatakan, dalam peringatan HUT SD Ditotrunan 01 digelar berbagai lomba antar siswa dan pada hari ini digelar Jalan Santai yang menyediakan beragai hadiah.
Baca Juga : Moge Minta Masuk Tol Hanya Weekend
"Kita gelar lomba menyanyi antar siswa di SDN Ditotrunan 01 ini, juga ada lomba mewaranai. Hari ini kita gelar jalan sehat yang menyediakan berbagai dooprize untuk peserta," kata Agus Setiawan.
Sebagai sekolah paling tua di Kabupaten Lumajang, sampai saat ini sekolah ini tetap menjadi sekolah favorite di Lumajang, yang banyak diminati oleh para orang tua di Lumajang.
"Dari dulu sampai sekarang sekolah ini memang menjadi sekolah favorite di Lumajang," kata Agus Setiawan.
Dijelaskan Agus Setiawan, sebagai sekolah paling tua di Lumajang, awalnya sekolah ini bernama Hollandsch Inlandsche School (HIS). Bahasa pengantarnya adalah bahasa Belanda.
"Saat berdiri pada tahun 1915, sekolah ini berbahasa Belanda," kata Agus Setiawan.
Masih kata Agus Setiawan, pada era penjajahan Jepang, semua sekolah peninggalan Belanda ditutup termasuk Hollandsch Inlandsche School (HIS) Lumajang, dan dibuka kembali dengan nama Bahasa Indonesia yakni Sekolah Rakdjat atau Sekolah Rakyat. Pengantarnya sudah menggunakan Bahasa Indonsia.
Baca Juga : JatimTIMES Berduka, Ditinggal Sosok Dirut Pekerja Keras dan Tak Gengsian
Namun pada agresi Belanda pada tahun 1947, sekolah ini kembali ditutup karena sebagia besar warga mengungsi. Sekolahpun terbengkalai selama beberapa tahun, sampai kemudian dihuni oleh ribuan kelelawar.
"Inilah cikal bakal mengapa sekolah ini kemudian disebut SD Lowo sampai sekarang. Banyak orang besar mengenyam pendidikan di sekolah ini, salah satunya perna menjabat sebagai Menteri Kehutanan RI Ir. Djamaloedin Sorjohadi Koesoemo," kata Agus Setiawan.
Kini dalam usia yang sudah lebih dari 100 tahun, Agus Setiawan berharap sekolah terus maju dalam mencetak kader bangsa yang berintegritas dalam mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara.
"Kebetulan dua anak saya juga sekolah di SD Ditotrunan ini," pungkasnya.