JATIMTIMES – Kasus dugaan pencabulan yang dilakukan oleh FH alias Kiai Fahim Mawardi yang juga pengasuh Pondok Pesantren Syariah Al Djaliel 2 yang ada di Desa Mangaran Kecamatan Ajung Jember yang diadukan oleh AL istrinya sendiri ke unit PPA Polres Jember, disikapi oleh Firman Syah Ali tokoh muda NU yang juga pengurus Harian LP Maarif Jatim.
Menurut Firman Syah, kasus yang menjerat Fahim Mawardi, merupakan kasus dugaan predator seks Indonesia jilid 2 di lembaga yang mengatasnamakan Pondok Pesantren, menurut pria yang juga Panglima Nahdliyyin Bergerak (NABRAK), dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus ini, polisi harus ekstra waspada dan teliti.
Baca Juga : DPRD Kabupaten Malang Minta Penertiban PKL di Kepanjen Harus Serius
"APH dalam hal ini pihak kepolisian saya ingatkan agar ekstra waspada dan teliti, Fahim Mawardi ini sangat licin, licik dan pandai berkelit. Pandai membolak-balikkan fakta. Sepertinya dia punya backing juga di dalam tubuh APH. Hari ini dia pura-pura sakit, bisa jadi besok tau-tau sudah umroh dan tidak kunjung kembali ke Indonesia,” ujar aktivis NU yang pernah dituduh sebagai keturunan PKI oleh Kiai Fahim Mawardi ini.
Firman Syah juga meminta, agar seluruh elemen masyarakat membantu APH dalam kasus dugaan predator seks tersebut, dengan pro aktif memberikan informasi, bisa dengan memberikan support mental kepada saksi dan juga korbannya.
"Walaupun ini masih dugaan, tapi masyarakat pecinta persatuan bangsa dan persatuan Islam harap serius membantu langkah-langkah APH, terutama dalam mensupport mental para saksi," lanjut aktivis yang pernah dijuluki sebagai ketua GP Ansor dunia maya oleh Gus Yaqut.
Firman berharap, polisi bisa segera mengungkap kasus ini secepat mungkin dengan melakukan penyelidikan tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Baca Juga : Bersama Hotman Paris, Norma Hadapi Somasi Mantan Suami yang Berselingkuh dengan Mertua
"Semoga kebenaran dapat segera terungkap agar masyarakat tau bahwa NU itu keramat, nguwalati. Ini harus dikawal sampai finish. Jangan kasih kendor, demi NKRI dan nama baik Islam," pungkas Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Pergerakan ini. (*)