JATIMTIMES- Menindaklanjuti peluncuran dan peresmian program Si Bocah Tangguh Bencana (Si Bona), Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Banyuwangi H Mujiono mengharapkan tidak hanya seremonial. Namun, perlu dilanjutkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan kegiatan riil di lapangan.
Menurut H. Mujiono, tantangan yang cukup berat bagi Banyuwangi terkait banyaknya potensi bencana mulai dari tsunami, gempa, banjir, tanah longsor, likuifaksi, dan lain sebagainya.
Baca Juga : Siap-Siap Retribusi Air Tahun 2023 Bakal Naik 2,5 Persen di Kota Batu, Khusus Golongan Ini
Dalam Program Si Bona, BPBD Banyuwangi bisa berkolaborasi dengan dinas instansi lain terutama dinas pendidikan. Mulai TK, SD sampai dengan SMA harus memiliki pengetahuan tentang kebencanaan supaya memiliki ketangguhan saat terjadi bencana.
"Harapan kami ada timeline, harus ada program-program yang dilakukan terkait dengan edukasi. Tidak kalah penting dengan sarana prasarana (Sarpras) juga harus dilengkapi. Kalau edukasi ada tetapi Sarprasnya tidak ada kurang sempurna," jelas H. Muji.
Lebih lanjut penghobi olahraga bulutangkis itu menuturkan pihaknya meminta program edukasi disesuaikan dengan potensi bencana yang ada di wilayahnya.
Selain program Si Bona, lanjut H. Muji Banyuwangi juga memiliki beberapa Desa Tangguh Bencana, antara lain di Desa Sarongan, Kandangan dan Sumberagung Kecamatan Pesanggaran, Desa Kalibaru Wetan termasuk desa yang ada di Kecamatan Songgon.
Baca Juga : Laporan Tindak Kriminalitas Tahun 2022 di Kota Batu Berkurang, Terbanyak Penggelapan
"Desa Tangguh Bencana selalu dilombakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) bagaimana kelanjutan Desa Tangguh Bencana. Sehingga, Banyuwangi berupaya menyasar semuanya mulai lingkungan pendidikan dan masyarakat dilatih untuk mengatasi bencana," pungkas H Mujiono.