JATIMTIMES - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang kegiatan ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023. Penganbilan keputusan kebijakan itu berdampak besar terhadap industri China.
Bijih bauksit sendiri berdasarkan catatan Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) diproduksi oleh 28 perusahaan dengan total produksi mencapai 56 juta ton per tahun.
Baca Juga : Jelang Nataru 2022, Polres Malang Akan Pelototi Jalur Distribusi Bahan Pangan dan BBM
Sementara sampai sejauh ini, penyerapan bijih bauksit di dalam negeri baru tertampung sebanyak 12 juta ton per tahun.
Namun hingga sejauh ini baru terdapat dua fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) untuk bijih bauksit. Akibatnya, sisa bijih bauksit yang mencapai 44 juta ton harus dieskpor.
Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I Ronald Sulistyanto mengatakan penikmat bijih bauksit terbesar dari Indonesia adalah China. Ronald juga mengatakan jumlah bijih bauksit yang dinikmati China kurang lebih bisa mencapai 30 juta ton.
Dengan pelarangan ekspor biji bauksit itu, China bakal kekurangan bahan baku untuk industrinya. Hal itu juga berdampak besar terhadap dunia industri di China. "China yang terbesar," katanya.
Sebelumnya, kebijakan pelarangan ekspor bijih bauksit ke luar negeri sejatinya upaya pemerintah Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah.
Baca Juga : Gibran Tanggapi Putusan Jokowi Akan Setop PPKM Akhir Tahun
Untuk itu, Presiden Jokowi meminta untuk mengembangkan hilirisasi di dalam negeri. Hilirisasi terbukti menambah pendapatan negara yang besar. Misalnya saja nikel. Pada tahun 2021, pendapatan negara dari hilirisasi nikel melejit menjadi US$ 30 miliar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya US$ 1,1 miliar.
Bijih bauksit sendiri bisa diolah menjadi chemical grade alumina yang dimanfaatkan untuk industri alumina, kosmetika, farmasi, keramik dan plastic filler.