JATIMTIMES - Baru-baru ini di TikTok, viral video seorang turis beranama Davud Akhundzada yang menuding warga Desa Wisata Sade, Lombok, melakukan scam atau penipuan. Hal itu lantaran dia merasa suvenir yang dijual di sana terlalu mahal.
Video itu diunggah Davud melalui YouTube dan TikTok @davud_akh. Dalam video yang viral itu, tampak Davud bertanya kepada nenek tua yang menjual kain tenun handmade. Nenek tersebut menjual harga Rp 60 ribu.
Baca Juga : Mbalah Aswaja Unisma Hadirkan KH Ali Masyhuri
Lalu Ia membandingkan harga kain tenun itu dengan sarung biasa yang ukurannya lebih besar seharga Rp 75 ribu.
"Semua orang, ini (kain tenun) sangat mahal. Bagaimana mungkin? Ini sangat aneh, penipuan seperti itu. Aku hanya ingin keluar dari sini, karena ini seperti penipuan. Rekomendasi saya, jangan pernah datang ke Desa Sade," ungkapnya.
Menanggapi tudingan itu pun, Ketua Pokdarwis Desa Sade, Lombok Tengah, Sanah meminta maaf atas kejadian turis asing yang merasa ditipu ketika berwisata di sana.
"Kami haturkan permohonan maaf kepada seluruh warga Indonesia yang mana nama desa kami disebut sebagai scamming village. Pertama-tama izinkan kami memohon maaf," ungkap Sanah dalam video yang beredar di media sosial, salah satunya @indozone.id.
Sanah mengaku bahwa sejatinya Desa Sade tak seperti yang dituduhkan oleh turis tersebut. Ia menyebut adanya miskomunikasi antara Davud dengan pelaku wisata karena warga tak paham bahasa Inggris.
"Namun dengan segala keterbatasan kami, keterbatasan bahasa, SDM yang mana kami warga tradisional yang pendidikan kami hanya tamatan SD dan beberapa yang sampai SMA. Jadi dengan segala keterbatasan, kami tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada wisatawan yang datang. Terlebih mengjadapi karakter wisatawan seperti Mr.Davud yang dengan sengaja mencecar pertanyaan kepada warga lokal yang tidak mengerti bahasanya," terang Sanah.
Selain permintaan maaf dari pihak Desa Sade, Menparekraf Sandiaga Uno pun buka suara. Dia menegaskan bahwa tuduhan penipuan terhadap pelaku kreatif di desa tersebut disebabkan keterbatasan bahasa.
"Ini hanyalah kesalahan persepsi dan komunikasi yang disebabkan oleh keterbatasan bahasa. Jangan menggiring opini publik untuk membenci masyarakat Desa Sade," tulis Sandiaga melalui akun TikTok-nya.
Baca Juga : Viral, Masjid An-Nas Makassar Berikan BBM Gratis Bagi yang Salat
Belajar dari hal ini, Kemenparekraf berkomitmen untuk terus melakukan pelatihan dan peningkatan keahlian bagi para pelaku UMKM. Khususnya kemampuan berbahasa Inggris di seluruh desa wisata Indonesia.
Sementara itu, Davud juga membuat klarifikasi di akun TikTok miliknya. Dia mengatakan ada beberapa orang setuju dengan tindakan dirinya. Ada juga yang mengklaim menipu turis dengan konsep desa budaya itu adalah hal normal.
"Juga, orang-orang memanggil saya "pelit" dan tawar-menawar untuk mendapatkan sarung 50K tidak melihat ketika saya menyerahkan 100K kepada wanita tua yang sebenarnya dipaksa untuk duduk di sana bertahun-tahun dan menjual barang-barang, di mana seharusnya dia harus berada di tempat tidur dan beristirahat menikmati hari tua," ungkapnya.
Dia menyebut tak akan pernah meremehkan kerja keras seseorang. Bahkan Davud menyebut paham pembuatan barang kain tenun itu membutuhkan waktu berhari-hari dan berminggu-minggu.
"Tapi jangan menawarkan kepadaku dengan harga yang konyol dan memintaku untuk menawar. Pada akhirnya, mereka masih menjualnya lebih mahal dari yang seharusnya bahkan jika Anda menawar karena Anda merasa senang menurunkan harga 2-3 kali lipat," klarifikasinya.
Hingga berita ini ditayangkan, konten TikTok Davud yang menyebut scam atau penipuan sudah dihapus dan kini kolom komentar akun TikTok-nya juga dimatikan.