JATIMTIMES - Kunjungan One Village One Product (OVOP) Bupati Blitar Rini Syarifah di Desa Kendalrejo benar-benar memberikan suntikan semangat kepada pelaku UMKM. Ya, sebagai derah pinggiran, banyak warga Desa Kendalrejo, Kecamatan Talun, yang menggantungkan hidupnya dari usaha mikro kecil.
Dari kunjungan OVOP ini, selain dialog dengan pelaku usaha dan petani, bupati Blitar juga melihat langsung hasil produksi UMKM Desa Kendalrejo. Secara keseluruhan, bupati yang akrab disapa Mak Rini itu melihat kualitas produk UMKM Desa Kendalrejo cukup baik.
Baca Juga : Program OVOP Bupati Mak Rini Hadir di Desa Kendalrejo, Dorong UMKM Naik Kelas
Beberapa produk itu di antaranya keripik tempe, opak gambir, aneka keripik, aneka olahan makanan, hingga furniture. Produk kerajinan furniture yang diproduksi Joko Sulianto salah satunya. Kerajinan itu menarik minat Mak Rini. Orang nomor satu di Kabupaten Blitar berjanji akan mendorong produk UMKM Desa Kendalrejo untuk naik kelas dan masyarakat sejahtera.
“OVOP ini program kita untuk mendongkrak perekonomian dan mensejahterakan masyarakat. Nah, hari ini kami di Kendalrejo. Saya lihat produknya bagus-bagus. Kendala kendala yang dihadapi kami akan bantu dan kami dorong agar semakin menggeliat dan naik kelas,” kata Mak Rini dalam OVOP di Desa Kendalrejo, Selasa (15/10/2022).
Dalam kesempatan ini, Mak Rini menyempatkan untuk berbincang langsung dengan Joko Sulianto (43), pengrajin furniture custom yang berdomisili di Desa Kendalrejo. Bertemu langsung dengan orang nomor satu di Kabupaten Blitar memberikan semangat baru bagi Joko untuk menjalankan usahanya.
Saat diwawancarai awak media, Joko yang tamatan SMK mengaku baru empat tahun menjalankan usahanya. Dengan segala keterbatasan dan kerja keras, produk-produk furniture yang dia produksi saat ini telah menembus pasar di seluruh wilayah Blitar Raya.
“Pasarnya masih lokal Blitar saja. Saya bermimpi bisa ekspor dengan menembus pasar luar kota dan luar daerah. Semoga nanti Ibu Bupati bisa membantu pelaku usaha kecil seperti kami ini,” kata Joko.
Produknya dipuji oleh bupati Blitar. Joko mengaku tidak memiliki kemampuan khusus di bidang pertukangan. Usaha membuat furniture ini dimulainya dengan coba-coba. Tak disangka, finishing produksi dengan menggunakan kayu pinus impor tidak kalah dengan produk buatan pabrikan. Pesanan pun berdatangan dan berhasil mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Beberapa furniture custom yang diproduksi meliputi dipan, meja, almari. Joko juga memproduksi aksesori ukuran kecil seperti gantungan kunci.
“Saya tidak punya keterampilan di bidang pertukangan. Kalau bisa dibilang sih modalnya nekat saja karena keadaan. Kita harus terus bergerak untuk bertahan hidup. Akhirnya coba-coba buat furniture dan aksesori. Kalau pengalaman cuma pernah jadi desain grafis di Bali selama 8 tahun,” imbuh Joko.
Kayu pinus impor yang dipergunakan Joko sebagai bahan baku adalah kayu bekas. Untuk bahan baku ini, dia mengambilnya dari Kota Surabaya.
Dalam empat tahun menjalankan usahanya, perjalanan yang dialami Joko penuh dengan perjuangan. “Kalau boleh saya bilang, perkembangan usaha pasar masih lingkup lokal. Tapi alhamdulilah pesanan masih terus ada. Cuma saya pingin lebih menggencarkan di produksi, per item terus produksi. Saya rasakan pasarnya ada. Cuma untuk menggencarkan produksi, juga butuh modal tapi modal bisa disikapi,” terangnya.
Furniture custom adalah perabot custom yang bentuknya bisa disesuaikan dengan selera penghuni serta lahan yang tersedia di rumah. Furnitue custom cocok diaplikasikan untuk segala jenis hunian, khususnya rumah dengan desain minimalis modern.
Dengan keunikannya, Joko menyebut harga furniture custom ini cenderung lebih mahal dibandingkan mebel. Untuk dipan ukuran besar, Joko menyebut harganya relatif, berkisar Rp 3,5 juta, dan untuk meja satu set sekitar Rp 650 ribu.
“Kalau bahan kualitasnya sama-sama bagus kualitasnya dengan mebel. Untuk furniture custom ini harganya relatif, tergantung kerumitan dan besar-kecil ukuran,” pungkas Joko.(Adv/Kmf)