JATIMTIMES - Tim arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim berhasil menemukan peripih di dasar sumuran candi pada ekskavasi tahap dua Situs Blawu di Jombang.
Namun, barang-barang berharga yang biasa disimpan di dalam peripih sebagai roh atau titik sakral dari candi itu sudah hilang dicuri.
Baca Juga : Nyangkut di Jaring, Lapas Tulungagung Temukan Sabu yang Dilempar dari Luar Tembok
Koordinator ekskavasi Situs Blawu Pahadi mengatakan, penggalian arkeologi pada bangunan purbakala di Dusun Sumbersari, Desa Sukosari, Kecamatan Jogoroto ini memasuki tahap dua yang dimulai sejak 10-21 Oktober 2022. Pada tahap dua ekskavasi ini, tim arkeolog BPCB Jatim berhasil menemukan sumuran candi di bagian tengah bangunan Situs Blawu.
Sumuran ini berbentuk persegi berdimensi 1,5 x 1,5 meter yang tersusun dari bata merah kuno. "Di tahap kedua ekskavasi di Situs Blawu ini kita menemukan suatu yang luar biasa karena sudah menemukan sumuran. Jadi di bagian tengah dari struktur candi ini kita identifikasi ada struktur bata yang berbentuk kotak," ujarnya kepada wartawan di lokasi, Senin (17/10/2022).
Temuan sumur candi ini kemudian jadi fokus penggalian tim arkeolog. Hingga di hari keenam ekskavasi pada Sabtu (15/10/2022) kemarin, penggalian sumuran candi sudah mencapai kedalaman 3 meter atau sekitar 26 lapis bata. Pada kedalaman ini ditemukan batu andesit berbentuk lonjong berukuran 70 x 54 cm. Dimana di tengahnya terdapat lubang membentuk persegi berukuran 22 x 22 cm.
Terkait penemuan itu, Pahadi telah berkoordinasi dengan dosen sejarah dari Universitas Negeri Malang sekaligus peneliti masa klasik di Indonesia Ismail Lutfi. Dari identifikasinya, benda tersebut merupakan wadah untuk menempatkan sebuah peripih.
Peripih sendiri adalah benda-benda berharga yang lazim digunakan sebagai nyawa atau titik sakral dari sebuah candi.
"Hasil identifikasi beliau terkait batu yang memiliki lubang selebar 22 x 22 cm ini sangat dimungkinkan merupakan batu untuk menempatkan peripih dari candi. Peripih ini merupakan bekal magisnya ataupun sesuatu penarik sakral yang umumnya ditempatkan di sumuran candi," kata Pahadi.
Dijelaskan Pahadi, peripih biasanya berisi barang berharga berupa logam mulia seperti emas, perak ataupun kuningan. Namun sebagian ada pula peripih candi yang berupa rempah atau bumbu berupa biji-bijian.
"Jadi memang bervariasi, tergantung dari nilai dari kesakralan dari candinya itu. Tapi umumnya untuk candi itu peripihnya berisi logam mulia ataupun barang berharga. Entah itu perhiasan dan lain-lain," terangnya.
Sayangnya, lanjut Pahadi, peripih pada Situs Blawu ini sudah hilang. Peripih diduga kuat sudah dicuri oleh seseorang. Pasalnya, terlihat ada kerusakan pada dinding sumuran candi di sebelah timur dan barat.
"Peripih itu hilang, hilangnya diambil. Karena dinding sumur tinggi, di sisi timur dan barat itu sudah rusak seperti lubang, jadi diambil orang. Mereka biasa menjarah itu membuat lubang seperti digansir di sisi kiri dan kanan," ungkapnya.
Baca Juga : Temukan Kopi Pilihan di Wisata Kampoeng Heritage Kajoetangan
Situs Blawu ini sudah dilakukan dua kali ekskavasi. Pada ekskavasi tahap pertama pada 19-24 September 2022, tim arkeolog BPCB Jatim telah menggali 30 kotak yang totalnya 120 meter persegi. Penggalian arkeologi selama 6 hari fokus pada bagian selatan dan timur candi. Bangunan utama candi berbentuk bujur sangkar dengan luas 9,9 x 9,9 meter persegi.
Bentuk dan ukuran bangunan utama candi diperoleh dari penemuan sudut barat daya, tenggara dan timur laut. Karena bagian utara dan barat candi ini belum digali. Tinggi struktur yang sudah nampak saat itu mencapai 130 cm. Bata merah kuno penyusunnya berdimensi panjang 36 cm, lebar 22 cm, tebal 9 cm. Tak sedikit pula bata yang tebalnya mencapai 11 cm.
Di sisi selatan dan timur ditemukan bangunan membentuk huruf T. Panjang 3,3 meter dan memiliki lebar 4,2 meter. Bagian vertikal dari bangunan berbentuk huruf T ini menempel pada bangunan utama candi.
Bangunan berbentuk huruf T ini tersusun dari bata merah kuno setinggi 120 cm. Sedangkan di tengahnya terdapat ruangan seluas 4 meter persegi.
Pada tahap dua ekskavasi ini, kata Pahadi, pihaknya sudah mengupas lahan seluas 300 meter persegi di sisi timur, selatan dan barat. Ia juga menemukan bangunan berbentuk huruf T di sebelah barat dengan panjang 3,3 meter dan lebar 4,2 meter.
"Di Situs Blawu kita sudah mendapatkan 3 struktur yang berorientasi keluar dan membentuk huruf T ini semuanya tidak memiliki trap tangga. Nah yang belum terbuka ini hanya di sisi utara," ucap Pahadi.
Pada sisi utara candi ini, Pahadi berharal bisa menemukan tangga masuk candi. Sehingga ia bisa menyimpulkan arah hadap candi pada Situs Blawu tersebut. Saat ini ia masih menelusuri pola dari candi.
"Di sisi utara kita belum membuka karena sifat ekskavasi ini masih menelusuri pola. Kita baru bergerak di sisi barat dan timur dan menuju ke ke utara sekarang. Tapi belum pada posisi orientasi struktur bukaan tadi. Kemungkinan dua atau tiga hari kedepan kita sudah membukanya. Mudah-mudahan memang ada indikasi terkait dengan pipih tangga atau trap tangga masuk ke candi," pungkasnya.(*)