JATIMTIMES - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan (KontraS) menegaskan bahwa Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dan Kapolres Malang harusnya meminta maaf dan mundur dari jabatan. Hal itu seiring dengan tragedi Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
Tragedi Kanjuruhan Malang sendiri yang menewaskan ratusan Aremania itu diduga akibat berdesak-desakan dan terinjak-injak saat menyelamatkan diri dari tembakan gas air mata yang dilontarkan oleh pihak aparat keamanan di Stadion Kanjuruhan Malang.
Baca Juga : Lebih Dari Seribu Aremania dan Bonex di Lumajang Bersatu Gelar Doa Bersama
“Selayaknya Kapolri minta maaf. Kapolda gak perlu bertele-tele. Kapolda harus minta maaf dan mundur. Kapolres Malang mundur, gak perlu dipecat,” ujar Ketua KontraS Andi Irfan, Senin (3/10/2022).
Baru-baru ini, secara langsung pihak Polri melalui Kadiv Humas Irjen Pol Dedi Prasetyo menyampaikan bahwa Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat telah dicopot dari jabatannya. Tapi, sebenarnya KontraS meminta Kapolda Jatim dan Kapolres Malang mundur, bukan dicopot atau dipecat.
Sejumlah kesimpulan juga dikemukakan oleh Andi, mulai dari SOP penyelamatan, penggunaan gas air mata hingga melakukan tindakan represif di luar batas. “KontraS prihatin dan mengutuk keras yang dibilang itu SOP (oleh pihak Polri). Gas air mata tidak seharusnya digunakan di pertandingan bola. Kami menduga kuat sumber daripada jatuhnya korban, karena gas air mata,” ungkap Andi.
Dari situ, sejumlah Aremania juga membeberkan kronologi kepada KontraS, di mana para suporter turun ke lapangan hanya sekedar ingin memberi support dan berfoto bersama pemain Arema FC. Namun, respon aparat keamanan justru berlebihan di lapangan hingga memicu para suporter lain ikut turun.
“Aparat itu harusnya mampu mencegah kerumunan yang banyak untuk turun ke lapangan. Kita punya polisi dilatih dan terlatih untuk melindungi dan mencegah, bukan untuk membunuh dan menimbulkan korban,” beber Andi.
Baca Juga : DPD PKS Kota Malang Sampaikan Duka Mendalam, Buka Posko Pengaduan dan Trauma Healing
Hal itu juga tidak bisa dinalar oleh Aremania, karena pihak keamanan sampai menembakkan gas air mata ke area tribun yang membuat para suporter bertumbangan. Selain itu, suporter juga kesulitan untuk keluar Stadion Kanjuruhan karena pintu yang ditutup.
“Kerumunan masa di atas tribun, mereka (aparat keamanan) menembakkan gas air mata ke Tribun. Di sana ada anak, ibu-ibu dan orang yang secara fisik memiliki kerentanan. Saya gak berfikir apa yang dituju oleh mereka (aparat keamanan),” pungkas Andi.