JATIMTIMES - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat para nelayan di Gresik kelimpungan. Bukan hanya soal harga, justru mereka kesulitan mendapatkan solar. Belum lagi, SPBN Campurejo yang sudah diresmikan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani satu bulan lebih tak kunjung beroperasi. Ratusan nelayan setempat pun menggelar aksi di atas perahu.
Mereka menyampaikan aspirasi sambil membentangkan spanduk bertuliskan keluhan para nelayan. Bahkan, hari ini ratusan nelayan Campurejo libur melaut demi menyuarakan aspirasi mereka.
Baca Juga : Sejumlah Desa di Gresik Dilanda Kekeringan, BPBD Turun Tangan
"Tolong kami, sampai kapan kami begini. Kami butuh solar untuk melaut, kami butuh solusi," teriak salah satu nelayan di atas perahu, Jumat (23/9/2022).
Ketua Rukun Nelayan Campurejo Muzi mengatakan, kondisi kesulitan solar ini sudah sekitar tiga bulan lalu. Sejak pemerintah menaikkan harga BBM, keberadaan solar malah sulit didapatkan.
"BBM naik para nelayan semakin sulit mendapat solar," kata Muzi.
Setelah menyampaikan aspirasi di atas petahu, perwakilan nelayan didampingi pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan BPD Campurejo mendatangi SPBU Banyutengah. Mereka menanyakan jatah solar yang diperuntukan untuk nelayan. Dia mengaku, nelayan Campurejo selalu kehabisan stok. Padahal pengiriman dari Pertamina lancar.
"Solar langka sudah lama, betul-betul terasa tiga mingguan setelah BBM naik," imbuh Muzi usai melakukan audiensi dengan pihak SPBU Banyutengah.
Disebutkan, audiensi berlangsung sekitar dua jam. Hasilnya, para nelayan bersepakat dengan SPBU untuk memperbaiki distribusi solar ke nelayan. Mereka dijatah 4 KL (4 Ton) ribu per hari.
"Alhamdulillah sudah ada ACC, MoU antara nelayan dan pihak SPBU, semoga terlaksana," imbuhnya.
Muzi menjelaskan, ada sekitar 300 nelayan Campurejo yang menggantungkan hidup dari melaut. Dia berharap, demo kali ini ada hasilnya. "Sehingga nelayan tak kesulitan mendapatkan solar lagi," pungkasnya.
Baca Juga : Dorong UMKM Naik Kelas, Tim Dosen Unisba Blitar Bina Produsen Keripik Tempe di Tulungagung
Informasi yang didapat di lapangan, jatah solar subsidi yang diberikan pertamina ke SPBU Banyutengan ada 24 KL (24 Ton). Pengiriman setiap dua hari sekali. Nah, separuhnya yakni 12 KL (12 Ton) diklaim sudah tersalur ke nelayan.
Sayangnya, jatah 12 ton itu tidak sesuai yang diterima para nelayan. Harusnya, mereka tidak mengalami kesulitan mendapatkan solar. Karena, jika dihitung kebutuhan nelayan hanya 4 ton dalam sehari. Sisa jatah nelayan tersebut disinyalir dipakai untuk industri di sekitar. Bahkan, hal itu sudah menjadi rahasia umum.
Saat dikonfirmasi, Pengawas SPBU Banyutengah Ainur Rofiq mengklaim selama ini jatah solar subsidi sudah tersalurkan ke nelayan. "Untuk nelayan ada 4 KL atau 4 Ton per hari. Agar tepat sasaran, nelayan diwajibkan memiliki NIB," kata Rofiq.
Dia menyatakan, sejak harga BBM naik memang terdapat sedikit keterlambatan pengiriman dari Pertamina. Selain nelayan, SPBU Banyutengah juga melayani pembelian solar untuk truk-truk besar yang melewati jalur Pantura. Jadi, di SPBU bukan hanya untuk nelayan.
"Separuh untuk nelayan, separuh untuk umum ya bisa truk-truk itu," imbuhnya.
Ketika ditanya adanya pembelian di atas 200 liter dengan memakai kendaraan roda tiga (Tossa), Ainur tak menampik. Bahkan membenarkan dan dia pun melayani. "Namun, saat ini dia tidak melayani pembelian sebanyak itu. Paling banyak hanya 120 liter solar. Aturan itu baru kami buat empat hari lalu," pungkasnya.