JATIMTIMES - Irjen Napoleon Bonaparte berkomentar perihal bagan Konsorsium 303 yang menyebutkan nama sejumlah jenderal dan perwira polisi. Mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, mempertanyakan mengapa sampai muncul bagan.
"Itu siapa yang buat? betul apa tidaknya saya juga tidak tahu. Karena apa ya, Semua itu harus ada bukti. kalau ada bukti ada pidana, silahkan dipidana, bertanggung jawab masing-masing, tapi yang jadi pertanyaan mengapa ada itu?," ungkapnya diolah dari kanal YouTube Tribun (26/8/2022).
Baca Juga : Kerap COD Sabu, Pemuda Kasembon Diamankan Polisi di Karangploso
Menurutnya, munculnya bagan Konsorsium ini karena ada sebab akibat, hingga Napoleon menyampaikan peribahasa, "Tak ada asap kalau tak ada api. Kenapa bukan saya yang ditunjuk sebagai kepala konsorsium?. Karena mungkin tidak ada indikasi," katanya.
Lebih lanjut, Napoleon menyinggung perihal sistem kaderisasi. Menurut Napoleon, sistem kaderisasi yang terjadi di jajaran kepolisian kurang tepat. Dalam penjelasannya, mengarah pada kaderisasi yang dikarbit sehingga dapat melompati para senior.
"Ini semua akibat dari sistem kaderisasi yang tidak tepat seperti seharusnya. Kenyataannya kita melihat beberapa orang dikarbit ya, begitu cepat melompati senior-seniornya hanya karena dia bekas ajudan, bekas itu, bekas sespri," tuturnya.
Pihaknya menyebut, banyak para junior yang melompati seniornya. Padahal masih banyak di luaran perwira cerdas dan mempunyai integritas, tapi tidak terlihat dan tidak terpilih, akan tetapi sebenarnya pantas untuk diberikan kenaikan pangkat.
"Banyak perwira brilian, cerdas, punya integritas yang tidak terlihat, tidak terpilih, hanya karena mereka cenderung tak suka menjilat, mereka bekerja dan idealis," jelasnya.
Para perwira itu, disampaikan Napoleon banyak tersebar dari Sabang sampai Merauke. Bahkan ia menyebut sosok personel tersebut banyak dijumpai pelosok-pelosok.
"Saya bukan dinas di Jakarta saja, pelosok-pelosok sudah tahu, saya banyak melihat yang seperti itu, tapi tidak terlihat karena mereka tidak tampil di depan api, tidak dekat api sehingga tidak terima kepanasan," ujarnya.
Baca Juga : Aniaya Teman hingga Meninggal, Siswa di Jember Terancam 10 Tahun Penjara
Napoleon mengatakan, pola-pola kaderisasi seperti ini harus diwaspadai atau di hati-hati. Dalam sebuah institusi, tentunya terdapat sebuah hal yang namanya senioritas maupun jenjang karir. Hal ini menurutnya sangatlah penting agar kepemimpinan memiliki wibawa.
"Kalau sampai puluhan orang berani melakukan obstruction of Justice seperti ini, ini yang dipertanyakan kewibawaan pimpinan," pungkasnya.
Seperti diketahui, Irjen Ferdy Sambo tersangkut dalam bagan Konsorsium 303. Karir Ferdy Sambo sendiri juga dinilai begitu cepat. Bahkan ia juga melompati senior yang juga atasannya dulu, yakni Khrisna Murti yang kini masih bintang 1 atau berpangkat Brigjend.
Saat berdinas di Polda Metro Jaya, Ferdy Sambo berpangkat AKBP dan menjabat sebagai Wakil Dirreskrimum Polda Metro Jaya. Sedang Krishna Murti, saat itu berpangkat Kombes dan menjabat Kepala Dirreskrimum Polda Metro Jaya .
Namun kini kondisinya terbalik, pangkat Ferdy Sambo kini lebih tinggi satu tingkat dibanding Krisna Murti, Ferdy Sambo berpangkat Irjen dan Krisna Murti berpangkat Brigjen. Namun kabar terbaru, Ferdy Sambo telah diberhentikan dengan tidak hormat atas kasus yang menjeratnya.