free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Kesehatan

10 Juta Orang Terinfeksi TBC, Dokter RSI Unisma: Jangan Anggap Remeh

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Dede Nana

16 - Jun - 2022, 22:59

Placeholder
Dokter Rumah Sakit Islam (RSI) Unisma dr Reza Hakim M Biomed (Ist)

JATIMTIMES - Tuberculosis menjadi penyakit serius dan menjadi masalah besar di dunia, tak terkecuali Indonesia. Banyak para penderita penyakit ini berakhir dengan kematian, lantaran terlalu meremehkan. Dokter Rumah Sakit Islam (RSI) Unisma dr Reza Hakim M Biomed menyampaikan, data World Health Organization (WHO) 10 juta orang terinfeksi Tuberculosis. 

"10 juta orang di dunia terpapar atau terinfeksi Tuberculosis. Dari sekian itu sekitar 5 sampai 10 persen meninggal dunia setiap tahun. Angka ini adalah angka terbesar dari semua penyakit menular," jelasnya.

Baca Juga : Kolaborasi Pembinaan Wirausaha Muda di Kalangan Mahasiswa, Unisba Blitar Jalin Kerjasama dengan HIPMI

Dari sisi infeksi, penyakit ini menurut WHO merupakan penyakit nomor satu pada penyakit menular yang menyebabkan kematian. Tuberculosis berada pada peringkat 13 penyakit yang menyebabkan kematian. WHO mencatat, 8 negara dengan kasus Tuberkulosis yang cukup banyak dan salah satunya adalah Indonesia.

Meskipun posisi tuberkulosis sempat tergeser sebagai penyakit menular penyebab kematian pada saat pandemi, masyarakat harus lebih waspada. Di mana tak perlu merasa takut berlebihan akan tetapi juga tidak meremehkan. Sebab, melandasinya kasus Covid-19, tentunya membuat Tuberkulosis menjadi penyakit dengan peringkat teratas yang menyebabkan banyak kematian.

1

Ketidakpahaman masyarakat terhadap penyakit tersebut menjadi salah satu faktor fatalitas. Sehingga dengan ketidaktahuan, penderita kemudian mengulur waktu pengobatan atau tidak teratur dalam berobat. Hal ini membuat bakteri menjadi kebal obat dan sulit disembuhkan. 

Untuk itu, masyarakat kini harus lebih menyadari dan memahami tentang Tuberkulosis. Bukan hanya itu saja. Masyarakat juga harus memahami bagaimana menghadapi penyakit tersebut serta mengetahui apa yang harus dilakukan bilamana di sekitar terdapat masyarakat yang menderita Tuberkulosis.

"Tuberkulosis ini menular cukup mudah. Ada orang TBC yang batuk, orang TBC yang bersin, bahkan ada yang mungkin cuma ngomong saja, tapi juga muncrat (air liur) itu bisa juga menular," terangnya.

Akan tetapi, lanjut Reza, penularan bukan lantas air liur tersebut menempel pada tubuh, akan tetapi bilamana materi dari air liur ada yang terhirup. Jika terhirup, virus TBC tersebut akan masuk ke saluran nafas. Bukan hanya di paru, bakteri tersebut kemudian dapat menyebar ke organ lainnya.

"Di sana dia berkumpul dulu, berkembang biak dulu. Dia paling suka di ujung paru karena kadar oksigen yang banyak. Dia bakteri yang sangat suka oksigen," tuturnya.

Baca Juga : International Internship, Program FEB Unisma yang Dapat Apresiasi Kampus Philippina

Jika telah tertular akan tetapi tidak mendapatkan terapi yang tepat atau bahkan tidak diterapi sama sekali, tentunya akan semakin memperburuk kondisi penderita dan juga beresiko menularkan kepada orang lain. Namun jika cepat teridentifikasi, tentunya akan cepat dilakukan penanganan yang tepat sehingga meminimalisir fatalitas. 

"Penanganannya sudah disediakan pemerintah. Pengobatan cukup lama 6 sampai 9 bulan, obatnya gratis, periksa ya juga gratis," jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, jika seorang penderita sudah mendapatkan terapi, ditegaskan dr Reza tak boleh sampai putus. Bakteri TBC hidup pada sel. Ketika terapi putus, bisa saja bakteri tersebut justru kembali berkembang biak dan membuat lamanya terapi yang sudah dijalani menjadi sia-sia. 

"Kalau satu orang kena TBC, biasanya satu rumahnya kena juga. Mengapa? Ya karena sanitasi tidak bagus atau mungkin tak paham etika batuk. Bakteri ini akan cepat berkembang pada rumah yang ventilasi kurang bagus, tertutup," jelasnya.

Penyakit ini, ditegaskan dr Reza, bukanlah penyakit orang-orang tertentu, seperti halnya mereka yang berkategori ekonomi rendah. Penyakit ini bisa menginfeksi siapa saja, sehingga masyarakat harus tetap waspada.


Topik

Kesehatan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Dede Nana