JATIMTIMES – Wakil Bupati Jember KH. MB. Firjaun Barlaman atau biasa disapa Gus Firjaun, Minggu (29/5/2022) menghadiri acara Haflatul Imtihan dan Wisuda Hafidz Hafidzah di Pondok Pesantren Tahfidz Quran di Jalan Raya Gambirono, Dusun Krajan Kulon, Desa Paleran Umbulsari Jember yang diasuh oleh KH. Ihsan Salim.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Firjaun mengucapkan selamat kepada para Hafidz dan Hafidzah yang telah menghatamkan Al Quran 30 Juz. Tentunya keberhasilan ini bukan hanya kebanggaan orang tua dan Kiyai yang mengasuhnya saja, akan tetapi juga menjadi kebanggaan Pemerintah Kabupaten Jember yang memiliki generasi Qurani sebagai calon pemimpin bangsa.
Baca Juga : 33.000 Kantong Darah, Persembahan HUT ke-33 Tahun FIFGROUP
“Selamat kepada para wisudawan dan wisudawati hafid dan hafidzah Quran, keberhasilan yang telah kalian raih adalah sebuah kebanggan orang tua dan guru maupun Kyai kalian yang telah mendidik kalian sepenuh hati,” ujar Wakil Bupati Jember Gus Firjaun.
Selain memberikan ucapan selamat kepada para peserta wisuda hafidz Quran, Gus Firjaun juga menekankan pentingnya generasi saat ini memilih guru dalam pendidikan agama, dengan tidak asal menjadikan seorang yang bersongkok sebagai guru agamanya. Tapi harus mencari guru yang bersanad atau mengikuti tuntunan Rasulullah Nabi Muhammad SAW.
“Memilih guru itu penting terutama dalam bidang agama, jangan asal mencari guru carilah guru yang bersanad ke Rasullullah, saat ini banyak orang belajar agama yang keblinger, karena bingungnya gak pernah ngaji dan pengen mendalami islam akhirnya belajar di mbah Google, yang ujung-ujungnya bisa menganut faham radikalisme, ini sangat bahaya,” ujar Wabup.
Gus Firjaun tidak mempermasalahkan orang belajar tentang agama dengan berselancar di dunia maya, namun harus mendapat pendampingan dari ahlinya. Karena dunia maya khususnya mencari informasi di google, hanya sebagai referensi saja, dan yang utama adalah guru secara langsung.
“Kita tidak melarang belajar agama melalui google, karena saat ini kita hidup di era digitalisasi dan era keterbukaan informasi publik, tapi hanya sebagai referensi saja, guru yang utama adalah guru yang ada di depan kita,” tegasnya.
Selain itu, mengenai era digitalisasi, ia juga berpesan kepada para santri agar tidak membiasakan diri membuat story atau posting di medsos tentang amal baik yang kita lakukan. Karena hal ini justru akan mengurangi nilai ibadah kita sendiri.
“Saat kita beramal, tidak perlu amal yang kita lakukan di posting di medsos atau pasang story di medsos, contoh saat puasa kita posting story menu buka puasa, padahal orang lain tidak tahu kita sedang puasa, namun dengan adanya story menu buka puasa, akhirnya orang tahu kita puasa senin kamis, terus manfaatnya apa? Tidak ada, yang ada hanyalah riyak, oleh karenanya, kita harus pintar-pintar dan bijak dalam bermedia sosial,” pungkas Wabup dalam pesannya.