JATIMTIMES - Beberapa negara di dunia saat ini kembali dilanda Covid-19 varian terbaru yakni Omicron, termasuk Indonesia. Gejala Covid-19 varian Omicron ini memang mirip sekali dengan masuk angin dan flu biasa, seperti batuk, pilek, hingga hidung tersumbat.
Gejala tersebut kadang sulit sekali dibedakan. Namun menurut dokter spesialis paru, ada satu gejala Omicron yang belum tentu diidap oleh pasien flu, yaitu sakit tenggorokan.
Baca Juga : Airlangga Pimpin Konsolidasi Pengurus DPD I untuk Pemenangan Pemilu 2024
"Kalau flu itu jarang sekali sakit tenggorokan, nyeri tenggorokan. Kalau pada COVID-19, banyak sekali pasien saya 60 persen saya kira rata-rata berhubungan dengan saluran napas," ujar Spesialis paru RS Persahabatan dan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K) dalam konferensi pers virtual.
dr Erlina mengungkapkan, pasien Omicron umumnya mengalami sensasi gatal, nyeri, dan sakit menelan pada tenggorokannya.
"(Pasien Omicron) merasa nggak enak tenggorokannya. Gatal, nyeri, dan menelan sakit. Nah sakit menelan juga (salah satu gejala infeksi Omicron)," sambung dr Erlina.
Selain sakit tenggorokan, dia juga mengungkapkan pasien Omicron mengalami gejala batuk yang mirip dengan pasien flu. Namun, berupa batuk kering.
Gejala serupa juga dikeluhkan saat seorang mengalami masuk angin.
Menurutnya, Omicron cenderung mengalami replikasi atau berkembang biak di saluran napas bagian atas. Oleh sebab itu, keluhan yang muncul tidak jauh-jauh dari gangguan saluran pernapasan atas.
Baca Juga : Dinkes Jadi Jawara Lomba TikTok HUT 1261 Kabupaten Malang, Lawan Covid-19 dengan COVID
"Mulai dari gatal tenggorokan sampai nyeri, biasanya menjadi batuk kering, kemudian disertai hidung tersumbat. Di hidung ada beberapa, ada yang merasa hidung tersumbat, ada yang merasa pilek," terang dr Erlina.
Selain itu, nyeri kepala dan badan lemas. Gejala itu mirip sekali dengan flu.
"Oleh sebab itu untuk kondisi Omicron yang sudah mulai marak, jangan terlalu menganggap enteng flu terutama pada orang-orang lansia atau usia tua, atau orang-orang dengan komorbid yang komorbidnya tidak terkendali," pungkas dr Erlina.