JATIMTIMES - Kabar duka kembali datang dari dunia hiburan Korea Selatan. Dimana penyanyi Korea Selatan, Jaehyun, eks-personel grup penyanyi idola F_able meninggal dunia usai mengidap penyakit kanker darah (leukimia).
Kabar kematian Jaehyun dibagikan penggemar, berdasarkan unggahan mantan rekan Jaehyun di F_able, Lee Ho-jun pada fitur cerita akun Instagram @hojun_1125.
Baca Juga : Aktris Korea Lee Seo-yi Meninggal Dunia, Penyebab Kematiannya Misterius
"Jaehyun, aku mendengar berita itu terlambat..... Aku sangat menyesal tidak bisa berada di sana untuk perjalanan terakhirmu. Kadang-kadang aku bertanya-tanya apakah semuanya akan berbeda jika aku memperlakukanmu dengan lebih baik. Itu benar-benar memilukan. Aku harap kamu bisa melepaskan semua kekhawatiranmu sekarang dan hidup dengan damai di mana kamu berada," kata Hojun, dikutip Kamis (3/7/2025).
Sontak kabar kepergian Jaehyun ini membuat para penggemar terkejut. Akibatnya, kata kunci Jaehyun kini menjadi trending topik di Google tren.
Jaehyun merupakan idol K-Pop yang lahir pada 2002 dan memulai debutnya di F.ABLE pada Juni 2020 di bawah naungan Haeirum Entertainment. Dalam grup ini Jaehyun menjadi anggota termuda.
Dalam grup, Jaehyun menempati posisi vokalis yang selalu tampil ceria di panggung.
F.ABLE aktif bertahun-tahun sampai pertengahan 2023. Mereka merilis hits bertajuk Burn It Up dan Run Run Run. Beberapa personel kemudian memiliki grup musik lain, san Jaehyun tidak termasuk di dalamnya.
Hanya sedikit yang diketahui publik tentang kehidupan pribadinya setelah pembubaran F_able. Jaehyun berjuang pulih dari leukemia pada waktu-waktu terakhirnya.
Penyakit itu tidak dipublikasikan secara luas, dan banyak penggemar baru mengetahui kondisinya setelah ia meninggal.
Apa itu Leukimia?
Dilansir dari laman Halodoc, leukemia merupakan jenis kanker darah yang terjadi akibat produksi sel darah putih yang abnormal secara berlebihan di dalam sumsum tulang. Sel darah putih (leukosit) berfungsi melawan infeksi, tetapi pada leukemia, sel-sel ini mengalami kelainan, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal dalam melindungi tubuh.
Pada kondisi ini, sel darah putih yang abnormal akan menumpuk di sumsum tulang dan masuk ke aliran darah. Akibatnya, sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah merah dan trombosit dalam jumlah yang cukup, yang dapat menyebabkan anemia, gangguan pembekuan darah, serta peningkatan risiko infeksi.
Leukemia juga dapat menyebar ke organ lain seperti kelenjar getah bening, hati, limpa, otak, atau sumsum tulang belakang.
Leukemia merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi pada anak-anak. Namun, dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, banyak anak dan remaja yang dapat sembuh dari penyakit ini.
Penyebab Leukemia
Leukemia adalah jenis kanker darah yang terjadi akibat pertumbuhan abnormal sel darah putih dalam tubuh.
Para dokter hingga saat ini belum mengetahui secara pasti, apa yang menjadi penyebab utama leukemia.
Namun, dalam sebagian besar kasus, penyebab leukemia adalah perubahan atau mutasi genetik yang terjadi secara spontan.
Mutasi genetik ini menyebabkan sel darah putih berkembang secara tidak terkendali dan mengganggu produksi sel darah normal lainnya dalam sumsum tulang.
Penting untuk dipahami bahwa mutasi ini tidak diwariskan dari orang tua, melainkan terjadi secara acak dalam tubuh seseorang.
Faktor Risiko Leukemia
Leukemia terjadi akibat mutasi genetik yang menyebabkan produksi sel darah putih abnormal. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terkena leukemia, antara lain:
• Merokok. Kandungan benzena dalam asap rokok dapat merusak DNA sel darah dan meningkatkan risiko leukemia mieloid akut (AML).
• Paparan radiasi dan bahan kimia. Radiasi tinggi dan zat seperti benzena yang ditemukan dalam polusi atau limbah industri dapat memicu mutasi genetik.
• Terapi radiasi atau kemoterapi sebelumnya. Pengobatan kanker sebelumnya dapat merusak sel sumsum tulang dan meningkatkan risiko leukemia.
• Riwayat keluarga. Meskipun leukemia umumnya tidak diwariskan, memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit ini dapat sedikit meningkatkan risiko.
• Kelainan genetik. Sindrom Down, Li-Fraumeni, dan neurofibromatosis tipe 1 dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia.
Baca Juga : Ini Sosok Artis Inisial MR yang Ditangkap Polisi Gegara Peras Pacar Sesama Jenisnya
• Gangguan sistem kekebalan tubuh. Penyakit autoimun, infeksi HIV, atau penggunaan obat imunosupresif meningkatkan risiko karena sistem imun melemah.
• Paparan pestisida dan bahan kimia beracun. Pekerja di lingkungan industri atau pertanian yang sering terpapar zat beracun memiliki risiko lebih tinggi.
• Usia dan jenis kelamin. Beberapa jenis leukemia lebih sering terjadi pada kelompok usia tertentu; ALL lebih umum pada anak-anak, sementara AML dan CLL lebih sering terjadi pada lansia, serta lebih banyak menyerang pria.
Gejala Leukemia
Gejala bisa berbeda-beda, tergantung jenisnya. Pada tahap awal, orang yang memiliki kanker leukemia adalah mereka yang mungkin tidak akan mengalami gejala apa-apa.
Ketika muncul gejala, hal itu biasanya meliputi:
- Kelemahan atau kelelahan.
- Mudah memar atau berdarah.
- Demam atau menggigil.
- Infeksi yang parah atau terus kambuh.
- Nyeri pada tulang atau persendian.
- Sakit kepala.
- Muntah.
- Kejang.
- Penurunan berat badan.
- Keringat malam.
- Sesak napas.
- Pembengkakan kelenjar getah bening atau organ seperti limpa.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera ke dokter jika mengalami demam berulang dan berkepanjangan, atau mimisan. Gejala leukemia sering kali menyerupai gejala penyakit infeksi lain, seperti flu. Oleh sebab itu, pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan kanker dan mencegah perkembangan penyakit.
Jika Anda seorang perokok aktif dan sulit menghentikan kebiasaan merokok, maka konsultasikan dengan dokter terkait langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk berhenti merokok. Hal ini karena merokok merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko leukemia.
Pengobatan leukemia memerlukan waktu yang cukup panjang. Oleh karena itu, disarankan untuk rutin berkonsultasi dengan dokter selama masa pengobatan. Dengan begitu, perkembangan penyakit bisa selalu terpantau.