JATIMTIMES - Dunia media sosial menjadi hal yang kini tak pernah lepas dari masyarakat. Bahkan, aktivitas anak-anak pun juga bersinggungan setiap harinya.
Hal inilah yang menjadikan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menilai pentingnya literasi bermedia sosial khususnya bagi anak-anak. Pemahaman yang tepat, tentu akan menjadikan anak-anak bijak dalam memanfaatkan media sosial.
Baca Juga : Kejari Kota Madiun Tetapkan SK Sebagai Tersangka Tipikor PDAM
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, membangun literasi digital dinilai penting. Hal itu guna menjaga esensi positif teknologi informasi dan komunikasi. Terlebih, fenomena media sosial saat ini banyak muncul ujaran kebencian bahkan sikap memecah belah masyarakat.
"Kondisi saat ini kita kumpul namun pikiran kita tidak kumpul. Hal ini akibat ketergantungan pada dunia maya seperti media sosial yang justru sering mereduksi silaturahmi," ujarnya.
Apalagi, pengguna internet dan media sosial di Indonesia terus meningkat. Riset hootsuite pada Januari 2021 mengungkap jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta jiwa (73,7 persen populasi).
Sementara pengguna media sosial mencapai 170 juta jiwa (61,8 persen populasi). Karenanya kewaspadaan akan membangun literasi digital dinilai perlu diperkuat.
Belum lagi, riset dari theconversation.com yang dipresentasikan di Asian Network for Public Opinion Research (ANPOR) Annual Conference menunjukkan, semua kelompok usia memiliki kecenderungan nyaris sama dalam menyebarkan hoaks dan tidak terbatas pada kategori usia tertentu.
Salah satu penguatan yang dilakukan Pemkot Malang, dengan melakukan pembinaan bijak bermedia sosial melalui Forum Anak. Langkah ini, juga sebagai bentuk preventif edukatif mengenalkan digitalisasi dengan bijak.
"Pemerintah Kota merasa perlu membangun kewaspadaan akan dampak negatif era digital. Melalui Forum Anak kita giatkan gelaran pembinaan bijak bermedia sosial. Terlebih untuk menguatkan Malang menuju Kota Layak Anak," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Layanan Informasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Malang Pandu Zanuar mengungkapkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bijak bermedia sosial.
Baca Juga : Permintaan Perlengkapan Bayi bagi Pengungsi Gunung Semeru Masih Tinggi
Diantaranya, melindungi dan tidak membagikan data pribadi seperti nomor ponsel, rekening tabungan, kartu identitas diri, nama orang tua, tanggal lahir hingga riwayat kesehatan. Pun, tidak termakan rayuan membagikan foto pribadi yang mengeksploitasi aspek seksual diri.
"Jangan pernah mau membagikan foto tanpa busana ke teman dekat apalagi orang lain yang baru dikenal. Banyak sekali predator seksual dengan berbagai modusnya, hati-hati", ungkapnya.
Selain proteksi data pribadi, bijak di dunia maya penting dilakukan dengan menghindari sembarangan tautan yang tidak jelas ataupun memberikan persetujuan aplikasi tanpa membaca persyaratan. Kemudian, menyampaikan pendapat secara bebas namun tetap santun, tidak memproduksi atau ikut menyebarkan berita tidak jelas yang berpotensi hoaks, dan menghindari perundungan siber (cyberbullying).
Terlebih, saat ini banyak ditemui modus perundungan antara lain doxing (mempublikasikan data pribadi orang lain), cyberstalking (menguntit di dunia maya yang kemudian berujung penguntitan di dunia nyata), revenge porn (penyebaran foto/video asusila dengan tujuan balas dendam yang dibarengi dengan tindakan intimidasi dan pemerasan) .
Menurut Pandu, kehadiran orang tua yang memahami dan bisa menjalin komunikasi yang erat dengan anak-anak juga bisa memberikan pemantauan dan mendeteksi sejak dini kejadian perundungan.
"Karena sebuah fakta dari riset cyberbullying statistics tahun 2021 mengungkap bahwa 62 persem remaja tidak mau menceritakan perundungan yang dialami kepada orang tua. Karenanya, orang tua perlu hadir tidak hanya sebagai ayah atau ibu, tapi juga teladan dan sahabat dimata anak-anak", pungkasnya.