JATIMTIMES - Angka stunting bayi di bawah lima tahun (balita) mencapai 1.451 bayi di Kota Batu. Karena itu, Pemkot Batu memiliki pekerjaan rumah untuk menurunkan angka tersebut sebanyak 20 persen pada 2022 mendatang.
Ya dari 9.766 bayi di Kota Batu, 1.451 mengalami stunting. Meski demikian, jumlah tersebut lebih rendah dari data Dinas Kesehatan Kota Batu pada tahun sebelum-sebelumnya.
Baca Juga : DPRD dan Bupati Tanda Tangani Perda APBD Kabupaten Banyuwangi 2022
“Angka prevalensi stunting turun dari tahun ke tahun. Pada 2019, angka prevalensi sebesar 25.4 persen, pada 2020 menjadi 14.83 persen dan pada 2021 menjadi 13.8 persen,” kata Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso saat peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN), Selasa (30/11/2021) di Club Bunga.
Penyebab masih tingginya stunting di Kota Batu yakni kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai langkah-langkah pemenuhan gizi yang tepat. Disebutkan bahwa banyak calon pengantin yang anemia.
“Itu sesuai dari data WHO. Hampir 33 persen calon pengantin anemia, setelah menikah, makanannya kurang gizi sehingga anaknya stunting,” tambah Punjul.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu Kartika Trisulandari menambahkan, stunting bisa disembuhkan jika intervensinya dilakukan sejak awal. Tapi jika terlambat, kecil kemungkinan anak stunting bisa disembuhkan.
“Stunting itu bisa diintervensi jika dideteksi awal. Kalau sudah terlanjur, kecil kemungkinan dia bisa diintervensi meskipun masih memungkinkan dengan olahraga atau yang lainnya,” ucap Kartika.
Baca Juga : Di Desa Terpencil Kota Batu, Ada Susu Jadi Makanan Berkuah Rasanya Gurih
Kartika menambahkan, ketika pertumbuhan anak tidak mengalami perubahan selama tiga bulan berturut-turut, maka harus diwaspadai. Apalagi, masa anak adalah masa yang penting untuk proses pertumbuhan.
Keseimbangan gizi merupakan hal yang penting didapatkan anak agar tumbuh kembang bisa maksimal. “Anak butuh asupan yang sesuai. Tidak hanya dari satu jenis. Semua harus berimbang, termasuk pola asuh,” tutup Kartika.