JATIMTIMES - Tempe merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Karena tempe dinilai memiliki gizi yang baik karena terbuat dari kedelai. Tempe juga bisa diolah menjadi berbagai masakan. Salah satunya yakni tempe goreng.
Namun siapa sangka, sering makan tempe goreng justru dapat menyebabkan penyakit mematikan ini. Bahkan, dokter sekaligus penceramah, dr. Zaidul Akbar menganjurkan untuk berhenti makan tempe goreng jika tidak mau kena penyakit mematikan itu.
Baca Juga : Warga di Beberapa Kecamatan Keluhkan Layanan Air Kabupaten Malang Sering Mati
Menurut dr. Zaidul Akbar, proses penggorengan pada tempe hanya akan membuat kandungan baik dalam tempe menjadi rusak. Padahal, tempe dikenal memiliki kandungan protein yang sangat baik bagi tubuh. “Tempe baiknya dimakan mentah,” ucap dr. Zaidul Akbar, dikutip dari kanal YouTube Perjalanan Hijrah.
dr. Zaidul melanjutkan, kandungan protein pada tempe bisa rusak jika tempe diolah melalui proses penggorengan. “Protein kalau digoreng, dipanaskan bisa rusak,” tutur dr. Zaidul.
Selain kandungan protein yang rusak, makan tempe goreng secara rutin dikhawatirkan bisa meningkatkan risiko penyakit mematikan pada tubuh.
Menurut dr. Zaidul, salah satu penyakit mematikan yang timbul akibat kebiasaan makan tempe goreng yakni kolesterol. Karena makanan yang diolah melalui proses penggorengan, terumata tempe goreng, lebih banyak mengandung lemak trans atau lemak jenuh.
Maka, dr. Zaidul berkesimpulan untuk menghindari serangan koleaterol juga mendapatkan protein utuh pada tempe, sebaiknya tempe dimakan dalam keadaan mentah.
Baca Juga : Terus Ditekan Turun, Angka Stunting di Kabupaten Malang 10,9% Kini
Sebenarnya, tempe yang lazim kita temui dipasaran itu memang sudah matang, karena telah melalui proses fermentasi. "Jadi, proses penggorengan pada tempe hanya akan jadi cara yang sia-sia," kata dr. Zaidul Akbar.
Padahal, jika tempe dimakan dalam kondisi mentah tanpa digoreng, tempe akan jadi makanan yang sangat baik bagi penderita sakit maag. "Itu (tempe) obat maag terbaik, karena probiotik dia, fermentasi," pungkas dr. Zaidul Akbar.