JATIMTIMES - Bupati Malang HM. Sanusi optimistis bahwa tingkat stunting di Kabupaten Malang bisa terus ditekan. Apalagi jika penanganan yang dilakukan tepat dan dilakukan oleh pihak-pihak yang tepat. Tidak terkecuali keterlibatan pihak keluarga untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
Catatan Sanusi sejak memimpin Kabupaten Malang sejak 2018 lalu hingga 2021 ini, tingkat stunting di Kabupaten Malang sudah berhasil diturunkan. Pada tahun 2018 lalu, stunting Kabupaten Malang berada di angka 20 persen. Angka tersebut turun tahun 2019 menjadi 16,1 persen.
Sedangkan pada Agustus 2020, turun lagi menjadi 11,4 persen. Dan pada 2021, catatan terakhir yang Sanusi terima, tingkat stunting di Kabupaten Malang turun menjadi 10,9 persen.
"Itu artinya kalau penanganannya benar dan dilakukan oleh semua pihak, baik keluarga maupun desa, stunting bisa ditangani hingga tuntas," ujar Sanusi, Rabu (27/10/2021).
Menurut Sanusi, meskipun sudah ada penurunan yang cukup signifikan, tetap diperlukan adanya keseriusan dalam upaya penanganan stunting. Terlebih, upaya tersebut lebih kepada pencegahan.
"Jadi, sejak ibu hamil, kalau misalnya sudah ada tanda-tanda, maka nutrisi dan gizi ibu hamilnya harus diperhatikan dan diperbaiki," imbuh Sanusi.
Dalam pelaksanaannya, Sanusi tidak hanya menitikberatkan terhadap perangkat daerah yang membidangi stunting. Namun, dia membagi sejumlah pejabatnya, termasuk bupati sendiri, untuk menjadi pengampu dalam upaya menekan stunting di wilayah kecamatan.
"Saya wajibkan setiap kecamatan itu sudah ada pengampunya. Pak Sekda kecamatan ini, dinas itu kecamatan ini, saya Gondanglegi, Pak Wabup Singosari. Itu sudah ada tugasnya untuk memonitor kegiatan dalam menekan upaya stunting," terang Sanusi.
Baca Juga : Fraksi PDIP Lumajang Soroti Masalah Pupuk dan Kekurangan Guru
Targetnya, tahun 2022 mendatang Sanusi optimistis stunting di Kabupaten Malang sudah tidak ada. Hal itu diyakini bisa tercapai mengingat hingga saat ini angka stunting berangsur menurun setiap tahunnya. "Sekarang saja sudah 9,8 persen," ucap Sanusi.
Walau begitu, masih ada beberapa hal yang dinilai menjadi kendala. Baik dari masyarakat yang menjadi sasaran agar tidak stunting maupun dari keterbatasan tenaga kesehatan.
"Menangani masalah sosial ini memang tidak mudah. Kadang-kadang itu ada yang enggan dimonitoring kondisinya, berat badannya. Mungkin karena faktor psikologis. Yang kedua, nakes ini terbatas. Jadi, kalau tidak semua pihak membantu, kita kesulitan," pungkas Sanusi.