JATIMTIMES - Jelang Hari Santri yang diperingati pada 22 Oktober 2021 mendatang, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Malang, dr. Umar Usman, menyampaikan ada 3 hal penting yang harus diperhatikan. Terutama demi menguatkan spirit dan pelestarian warisan nilai suci pada syuhada yang berjihad demi tegaknya NKRI.
Secara umum, juga untuk itulah Pemerintah menetapkan setiap 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Dan menjadi moment sakral bagi seluruh santri di Nusantara. "Refleksi Hari Santri 2021 ini, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan adalah pentingnya penguasaan digital (IPTEK), Wawasan Geopolitik, dan penguatan akar sejarah," kata dr. Umar Usman.
Baca Juga : Beberkan Tips dan Trik Penanganan Krisis dari Kacamata Public Relations, Begini Kata Agung Laksamana
Hari Santri Nasional mulai diperingati tahun 2015 melalui Keputusan Presiden No 22 Tahun 2015. Tanggal 22 Oktober dipilih karena pada tanggal tersebut bertepatan dengan dikeluarkannya Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama yang dipimpin KH. Hasyim Asy’ari sebagai upaya untuk mengobarkan semangat perjuangan dalam mempertahankan NKRI dari Belanda.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan dan sejarahnya. Meski zaman telah banyak berubah. Namun santri harus selalu meresapi akar sejarah, sehingga spirit heroisme, patriotisme dan nasionalisme terus membara dan berkobar sepanjang masa," terang dr Umar.
Sedangkan tentang tema peringatan Hari Santri tahun ini 'Santri Siaga Jiwa Raga', dr. Umar berpendapat bahwa hal itu merupakan bentuk pernyataan sikap santri di seluruh Indonesia siap siaga berkorban membela tanah air. Untuk mempertahankan persatuan Indonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia.
"Santri tidak akan pernah memberikan celah masuknya ancaman ideologi yang dapat merusak pemikiran dan komitmen terhadap persatuan dan kesatuan Indonesia. Santri harus bangkit melawan segala bentuk ancaman radikalisme, hoaks, dan terorisme yang destruktif serta merusak," jelas dr Umar.
Selain itu menurutnya, santri yang ada di era sekarang, wajib hukumnya untuk melek digital. Artinya dapat mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi saat ini. "Tantangan hari ini, santri harus melek digital, santri harus menguasai sains, dan santri harus menguasai teknologi," tegas dr Umar.
Baca Juga : Transformasi Digital dan Isu-Isu Sustainable jadi Kunci Penting Percepatan Target Cetak Biru MEA 2025
Sebab, dirinya juga menilai bahwa tantangan santri saat ini juga diproyeksikan untuk dapat meminimalisir pengangguran dan kemiskinan. Karena itulah, menurutnya juga sangat diperlukan mengelola sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).
"Sekarang anak-anak kita generasi milenial, berjuang cukup dengan jempol dan jari. Hari ini semua setelah pandemi mereda, dunia ini tidak mampu lepas dari apa yang disebut dengan dunia digital," pungkas dr. Umar.