JATIMTIMES - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, diketahui melontarkan kritik oposisi yang dinilai lemah di parlemen dengan menggaungkan tagar OposisiPenakut hingga OposisiSekongkol. Terkait kritikan tersebut, Partai Demokrat (PD) justru menganggap Fahri Hamzah merindukan era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Kritik yang disampaikan Bang Fahri Hamzah menyiratkan kerinduan ketika kehidupan demokrasi kita terjaga dan berkualitas seperti Pemerintahan SBY. Pada masa itu 2004-2014, masyarakat politiknya sangat aktif dan dinamis, termasuk di DPR dalam menjalankan tugas-tugas kedewanannya," ujar Ketua Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani.
Baca Juga : Dorong Peningkatan Jiwa Leadership Mahasiswa, FEB Unisma Gelar Workshop Kepemimpinan
Ia juga menyebut parlemen era SBY memiliki koalisi rasa oposisi. Menurut Kamhar, hal tersebut bagus untuk demokrasi.
"Jangankan dari oposisi, dari partai koalisi pemerintah namun cita rasa oposisi seperti Bang Fahri Hamzah dkk banyak, dihargai dan eksistensinya terjaga. Itu diperlukan untuk menjaga sehatnya demokrasi," ujar Kamhar.
Kamhar menyebut, begitulah cara SBY sebagai demokrat sejati memandang dan menempatkan dinamika dalam koalisi pemerintah. Lebih lanjut, ia mengatakan pada periode 2014-2019, kekuatan oposisi di parlemen masih signifikan sekalipun dari sisi jumlah kalah setelah Golkar pindah haluan masuk koalisi pemerintah.
Dari 5 kursi pimpinan DPR, koalisi pemerintah hanya ada 2 kursi sedangkan 3 kursi lainnya milik nonkoalisi. Sehingga oposisi disebut masih bisa memberi warna dinamika kedewanan.
Kamhar pun menduga Fahri tidak bisa menyaksikan suara oposisi di parlemen karena sudah tidak lagi berada di Senayan. Ia bahkan menyinggung insiden mati mic di paripurna DPR beberapa waktu lalu.
"Mungkin karena tak menjadi anggota DPR lagi, Bang Fahri tak menyaksikan lagi bagaimana kekuatan dan suara-suara oposisi dibungkam dan tak diberi ruang. Bung Irwan Fecho saat menggunakan haknya bicara pada rapat paripurna DPR mic-nya dimatiin oleh Puan Maharani dan Aziz Syamsudin," kata Kamhar.
"Bagaimana Pak Sartono Hutomo dan Pak Benny K Harman ingin berbicara pada rapat paripurna tak diberi kesempatan dan mic-nya mati dan masih banyak lagi yang lainnya dari Fraksi Demokrat yang mendapatkan perlakuan serupa. Meski demikian, Fraksi Demokrat terus berikhtiar dengan segenap daya dan upaya menyuarakan suara rakyat," imbuhnya.
Sebelumnya, melalui situs pribadinya, Fahri terus saja menyerang oposisi di parlemen. Ia menuliskan 'Oposisi Sekongkol, Rakyat yang Tawuran'.
Isi tulisan itu mengkritik oposisi yang tampak lemah sekali di parlemen sehingga membuat rakyat masih saja mengurusi politik meski pemilu usai. Rakyat, kata Fahri, justru menjadi korban.
Baca Juga : Tergugat DPP, DPD Demokrat Mangkir, Sidang Perdana PAW Wakil Ketua DPRD Tuban Tertunda
"Mengapa rakyat tidak istirahat urus politik dan fokus cari kehidupan? Karena yang diberi amanah lalai dan sibuk pencitraan. Rakyat harusnya berhenti berpolitik dan gesek-gesekan setelah pemilu dan nyoblos. Tapi kenapa terus terjadi sampai rakyat gak bisa hidup tenang?" kata Fahri Hamzah.
"Karena sistem perwakilan absen, kongresional yang tak dimengerti oleh parpol yang sudah duduk dapat fasilitas, gaji, dan sekaligus kekebalan," imbuhnya.
Selain itu, Fahri menyebut rakyat seperti dirinya dan secara umum tak harus bertengkar pasca pencoblosan. Politik, lanjut Fahri, seharusnya kembali normal setelah masa kampanye.
"Biar mereka, terutama yang menyebut diri partai oposisi, yang bertengkar melawan eksekutif dan pendukungnya, bukan kita. Mereka enak berantem dapat duit, lah kita?" ujarnya.
Ia juga meminta agar oposisi lebih galak dengan segala fasilitas yang telah diberikan. Fahri Hamzah juga bertanya-tanya di mana kerja oposisi saat ini.
"Tapi sayang, semua diam, menyebut diri oposisi tapi ngomel gak karuan. Akhirnya kami dipaksa ikut pertengkaran," tandasnya lagi.