INDONESIATIMES - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kembali menarik perhatian.Bagaimana tidak. Jokowi diketahui mengajak Prabowo bersama-sama meninjau kegiatan vaksinasi di Kalimantan saat PDIP dan Partai Gerindra menggelar pertemuan di Jakarta.
Lantas apa makna dari langkah Jokowi tersebut? Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menyebut terdapat tiga poin yang bisa ditangkap dari pertemuan Jokowi-Prabowo dan PDIP-Gerindra.
Baca Juga : Bolehkah Mengubur Jenazah Tanpa Membuka Tali Pocong? Ini Penjelasan MUI Glagah Banyuwangi
Poin pertama yakni terkait soal Pemilu 2024 mendatang. "Publik menangkapnya tiga hal. Pertama, kemungkinan pemantapan penjajakan menuju jalan panjang 2024 karena tensi pilpres mulai menggeliat dinamis," kata Adi.
Termasuk juga, lanjut Adi, ada kemungkinan membahas isu mutakhir soal amandemen UUD 45.
Kemudian poin kedua, Adi menangkap kesan historis Pilpres 2009 yang melibatkan PDIP dan Gerindra sebagai koalisi. Pertemuan itu disebut sebagai langkah untuk menguatkan hubungan PDIP dan Gerindra.
"Ada nuansa romantisme historis 2009 duet MegaPro dalam pertemuan itu sebagai upaya menambah lem perekat pertalian persahabatan kedua partai biar makin mesra. Perasaan senasib sepenanggungan membuat kedua partai bisa makin mantap berkoalisi," ujarnya.
Poin yang terakhir, Adi menyebut pertemuan PDIP-Gerindra di Jakarta itu sebagai bentuk sindiran halus untuk Demokrat. Kedua partai disebut masih teringat akan Pilpres 2009.
"Menyindir SBY dan Demokrat secara tidak langsung karena mengungkit kecurangan Pilpres 2009. Sepertinya memori itu cukup lekat tak hilang sampai sekarang. Makanya diungkit dalam pertemuan tadi," tandasnya.
Di sisi lain, Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengaku pertemuan Prabowo Subianto dengan Jokowi yang bersamaan dengan pertemuan sekjen PDIP-Gerindra tidak memiliki makna apa pun.
Dasco menilai pertemuan itu kebetulan. "Kebetulan saja," ujar dia.
Baca Juga : Sebut Harun Masiku Tidak di Indonesia, KPK: Kami Tahu Tempatnya
Waketum Gerindra Habiburokhman pun menambahkan, pertemuan tersebut itu hanya silaturahmi. Tidak ada deal-deal dari kedua pertemuan itu.
"Ya namanya silaturahmi kebangsaan, kita mendorong persatuan kebangsaan, terutama terkait bagaimana membawa bangsa ini keluar dari krisis pandemi. Kalau kita bicara kebangsaan, itu jauh di atas isu-isu politik praktis, apalagi deal-deal terkait pemilu," cetus Habiburokhman.
Lebih lanjut, ia menegaskan tidak ada pula pembahasan terkait Pemilu 2024. "Pemilu 2024 masih lama. Yang ada di depan mata adalah pandemi ini," ucapnya.