INDONESIATIMES - Nama Yovania Asyifa Jami mendadak menjadi perbincangan di media sosial. Yovania kerap membagikan konten-konten menarik dan inspiratif melalui akun TikToknya @rsjsurvivor.
Salah 1 konten yang menarik ialah, Yovania membagikan pengalamannya sebagai penyintas rumah sakit gangguan mental. Namun kini ia dinyatakan sudah sembuh dan bahkan bisa masuk ke perguruan tinggi negeri yakni Univeritas Indonesia pada Januari 2021 lalu.
Baca Juga : Gaet dr Lois hingga Elza Syarief, Advokat Farhat Abbas Dirikan Partai Pandai
Yovania membagikan bagaimana kisah para perawat rumah sakit yang berusaha untuk mengembalikan ingatannya. Ia juga menceritakan bagaimana awalnya bisa mengalami gangguan mental.
Yovania mengatakan ia merasa depresi saat mengikuti ujian nasional di masa sekolah dasar (SD). Ia yang datang dari keluarga broken home pernah dibully oleh 1 angkatan saat duduk di bangku di SMP.
Yovania juga sempat kehilangan kesadaran saat SMA. Hingga berhalusinasi dan delusi atau gangguan mental, sampai pernah menyakiti diri sendiri.
Namun setelah mendapat perawatan dari rumah sakit gangguan mental, Yovania bisa kembali normal. Meski sampai saat ini ia masih mengonsumsi obat dan rutin ke psikiater karena mengidap Unspecified Bipolar Disorder.
Selain itu, ia juga menuturkan pernah ditolak oleh 4 perguruan tinggi negeri karena memiliki riwayat gangguan mental. Perjuangannya pun berbuah manis sejak ia diterima kuliah di Universitas Indonesia.
Kini Yovania menjadi mahasiswi vokasi jurusan komunikasi di UI. Yova juga aktif mengisi acara di bidang kesehatan mental. Hingga akhirnya ia mengungkapkan alasannya berani speak up di media sosial. Saat menjadi bintang tamu dalam program acara Rumpi Trans TV, Yova mengaku ingin memotivasi orang lain untuk ikut berbagi pengalaman.
"Karena sampai saat ini banyak banget stigma-stigma negatif tentang ODGJ dan RSJ. Sebenarnya aku kayak nggak suka sama stigma negatif itu. Akhirnya aku sadar, ini lho saya seorang ODGJ dan mantan ODGJ. Tapi saya bisa lho! Jadi kenapa nggak di-share aja untuk memotivasi banyak orang," ungkap Yova dalam acara Rumpi Trans TV.
Ia juga mengatakan jika dirinya tak malu disebut penyintas ODGJ. Ia menganggap penyakit mental yang dialaminya sama dengan penyakit ringan lainnya. "Aku pikirnya ini penyakit biasa, kayak orang sakit demam masa lalu? Ini sama kayak penyakit fisik lainnya. Tapi bedanya ini di mental. Jadi aku nggak pernah malu dengan penyakit aku," kata Yova.
Yova menceritakan jika dirinya menjadi ODGJ pada usia 15 tahun, saat baru masuk SMA. Ia pun mengenang masa-masa sulitnya itu.
"Yang pertama dari SD aku sudah menjadi korban perceraian orangtua. Setelah itu SMP aku dibully habis-habisan. Mereka ngatain aku kuda, sampai sekarang aku nggak ngerti bullyan itu masuk di aku. Aku dibilang mukanya mirip kuda, sampai ada yang meringkik di belakang aku," kenangnya.
Baca Juga : Bagian dari Sejarah Majapahit, Makam Roro Kembang Sore Belum Dapat Perhatian dari Pemkab Tulungagung
Semenjak itu, Yova sempat mengalami trauma dan tidak mau masuk ke sekolah selama 2 minggu. Yova menjalani masa SD dan SMP di sekolah swasta. Kemudian saat SMA, ia diterima di SMA Negeri dan tidak bisa beradaptasi.
"Ketika orangtua berpisah, aku sedih, marah dan kecewa. Aku bingung melampiaskannya ke mana? Dulu aku dekat dengan papa, akhirnya aku dipisahkan karena hak asuhnya di mama. Sempat rujuk dan tiga kali talak dan tidak bisa kembali lagi," lanjut Yova.
Yova kecil, kala itu merasa bingung dengan kondisi keluarganya. Dan saat SMP ia juga dibully.
Hingga ia tak habis pikir mengapa teman-temannya malah membullynya. "Aku awalnya nggak nyadar dan ngatainnya spesifik dan di depan aku. Awalnya aku bingung padahal aku nggak salah apa-apa. Aku dulu SD punya banyak teman dan berprestasi. Ranking melulu. Terus SMP awal rangking tiga besar. Mengapa mereka jahat banget dan kecewa aja," tuturnya.
Saat awal mula dibully, ia pernah mendapatkan penanganan dari psikiater. Namun kedua orangtuanya tak menyadari jika ia mengalami bullying.
"Sampai akhirnya lepas dari psikiater, SMA masuk ke lingkungan baru dan aku satu sekolah sama yang bully aku dulu. Sempat nggak tidur tiga hari dan bangun-bangun langsung tidak sadar, lupa ingatan, halusinasi dan delusi," paparnya.
Setelah menjalani pengobatan di rumah sakit gangguan mental, kondisi Yova membaik dan bisa kembali bangkit. Yova yang kini sudah sembuh memberikan pesan menohok, bagi masyarakat yang masih memberikan stigma negatif terhadap penyintas ODGJ.
"Buat yang masih ngejokes tentang RSJ dan ODGJ, jangan ngeremehin lagi, ini lho gue! Dapat salam dari mantan pasien RSJ yang kini masuk UI," tutupnya.