MALANGTIMES - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, meresmikan Bait Tahfidz Al-Quran dan Moderasi Beragama sekaligus melakukan peletakan batu pertama Gedung Sport Center Kampus III UIN Maliki Malang, Rabu (21/7/2021).
Dalam kegiatan yang dilakukan secara daring itu, Rektor UIN Maliki Malang Prof. Dr. H. Abdul Haris, M. Ag dalam sambutannya mengatakan, jika hari ini merupakan kebahagiaan bagi semua pihak, khususnya civitas UIN Maliki Malang. Sebab, cita-cita memiliki Bait Tahfidz Al-Quran dan Moderasi Beragama untuk mewujudkan Kampus Ulul Al-Bab telah terwujud.
Proses pembangunan dimulai peletakan batu pertama pada Mei 2020 dan telah selesai pembangunan satu lantai pada Juli 2021. Lahan yang digunakan berada di Kampus III Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Maliki Malang dengan luasan bangunan 1723 meter persegi.
Baca Juga : DPD Nasdem Jember Salurkan 16 Hewan Kurban
"Gedung itu dinamai gedung KH Bisri Mustofa yang tak lain adalah kakek dari bapak Menteri dan ayah dari Gus Mus. Kami juga meletakkan batu pertama sebagai penanda pembangunan sarana olahraga gedung Sport Center," ungkapnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan jika dibangunnya Bait Tahfidz Al-Quran dan Moderasi Beragama ini, UIN Maliki Malang ingin mencetak dokter maupun apoteker yang memiliki kedalaman spiritual, keluhuran akhlak dan keluasan ilmu maupun kematangan profesional serta memiliki kemampuan dalam hal menangani kesehatan haji.
"Kami juga berharap dengan ini, UIN Maliki Malang juga menjadi center of excellent dan islamic civilization dengan memperhatikan kejayaan Islam masa lalu," jelasnya.
Selian itu, diharapkan juga muncul dan lahir sosok sekaliber Ibnu Sina di bidang medis dari FKIK UIN Maliki Malang, yang bisa berkontribusi positif bagi kemaslahatan umat. Maka dari itu, UIN Maliki Malang memfasilitasi dengan Bait Tahfidz Al-Quran dan Moderasi Beragama dengan kurikulum yang diharuskan menguasai kompetensi sesuai bidang ilmu, juga memiliki Al-Quran di bidang Al Qur'an.
"Setelah ini, kita juga punya cita-cita mewujudkan menyempurnakan keberadaan kampus III secara bertahap. Kita juga mendapat hibah tanah 17 hektar yang nantinya akan dikembangkan menjadi Fakultas pertanian, peternakan dan pertanian," paparnya.
Dalam kesempatan itu, KH Mustofa Bisri, Rais Syuriah PWNU Jatim mengatakan, apresiasi dan dan selamat atas diresmikannya gedung
Bait Tahfidz Al-Quran dan Moderasi Beragama. Pihaknya mengharapkan gedung tersebut nantinya bermanfaat sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
Bait Tahfidz ini tak hanya menghafalkan Al-Qur'an, tetapi lebih dari itu, ini dimaksudkan untuk menjaga bukan hanya khalam, namun juga makna maupun pengamalan Al-Qur'an. Moderasi beragama juga diharapkan di maknai sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh Al-Qur'an.
“Saya atas nama pribadi dan mewakili keluarga, mengucapkan selamat atas diresmikannya Bait Tahfidz Al-Quran dan Moderasi Beragama yang diberi nama KH Bisri Mustofa,” terangnya.
KH Agoes Ali Masyhuri, Dewan Penyantun UIN Maliki Malang, yang juga Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim, mengharapkan, agar Bait Tahfidz Al-Quran dan Moderasi Beragama menjadi tempat yang berkah dan membuat mereka menjadi penyebar ilmu yang mengedepankan kelembutan dan penuh rasa sayang.
Baca Juga : Celakalah, Pengangguran juga Bakal Dihisab di Akhirat
"Tariklah simpati orang lain tatkala anda masih hidup, usahakan orang lain meratap dan menangis bila anda meninggal dunia. Mudah-mudahan apa yang di ikhtiari oleh UIN Maliki Malang, menjadi amal soleh dan nanti menjadi saksi dan pembela dihadapan Allah SWT," tuturnya.
Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar menambahkan, jika Islam memiliki kitab yang masih asli atau orisinil. Hal ini lantaran dalam Islam memiliki kebiasaan menghafal. Sementara, pada agama lainnya, mereka memiliki tulisan, akan tetapi tidak memiliki hafalan.
"Karena itu, jika tersebut kitab cetakan baru, Kemudian satu dua kata dirubah, mereka nggak tau. Beda dengan Islam, bila terdapat percetakan nakal, merubah satu dua kata, kemudian dijual kepasaran, dalam hitungan jam pasti akan diketahui, tentunya ada yang beli dibaca, kemudian yang hafal ini (mendengar kemudian tau, jika sudah ada yang dirubah)," jelasnya.
Karena itu, lewat tradisi tahfidz ini, bilamana terdapat sesuatu yang keliru dan tidak sesuai, maka tentunya bisa diluruskan. Sehingga dengan semakin banyak penghafal Al-Qur'an, menjadi hak yang bagus serta menjadi kontrol bilamana terdapat percetakan yang keliru.
"Karena sejak zaman sahabat Al-Qur'an mempunyai tulisan, ada hafalan, maka lewat dua jalur kontrol itu, sampai sekarang Al-Qur'an tetap orisinil. Kalau kitabnya sudah orisinil, maka di UIN ini pastikan orisinil juga bacaannya," pungkasnya.