MALANGTIMES - Bekerja merupakan hal yang termasuk mendatang kebaikan di dunia maupun akhirat. Karena itu, Islam sangat melarang bagi seseorang menganggur, sebab menganggur bisa menyebabkan seseorang berada pada garis kemiskinan.
Perintah untuk bekerja sendiri juga telah dijelaskan dalam Alquran. Allah SWT berfirman, " Dan katakanlah : 'bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan'," (QS At Taubah 105).
Baca Juga : Ilustrator Kartun Nabi Muhammad Meninggal, Masa Hidupnya Dihantui Ancaman hingga Minta Perlindungan Polisi
Dalam ayat tersebut menjelaskan, Jika bekerja bukan hanya mengumpulkan materi semata, melainkan juga sebagai sarana ibadah kepada Allah. Maka dari itu, selama raga seseorang masih kuat untuk bekerja, maka diwajibkan untuk mereka bekerja. Mencari nafkah maupun pahala.
Allah SWT berfirman, " hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membutuhkan bantuan kepada seseorang melainkan, sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sudah kesempitan"(QS ATH Talaq 7).
Sungguh banyak keberkahan yang dilimpahkan kepada orang yang giat bekerja. Akan disebut berdosa jika seseorang tersebut malah tidak mau atau enggan untuk bekerja. Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah bersabda," Seseorang cukup dikatakan berdosa jika ia melalaikan orang yang wajib diberikan"(HR Abu Daud).
Seseorang yang asik tentunya tidak akan sedikitpun menyiapkan waktu. Sebab nantinya setiap waktu didunia tentunya akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Karena itu, hendaknya setiap manusia memanfaatkan waktunya dengan baik dan berguna, karena waktu di dunia hanya sementara.
Dari Abu Barzah Al Aslami RA, Rasulullah bersabda, " kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada saat hari kiamat hingga ia ditanyai mengenai : (1) dimanakah umurnya ia habiskan; (2) ilmunya dimanakah ia amalkan; (3) Hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) dimana ia infakkan; (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya" (HR Tirmidzi).
Meskipun melelahkan, selama itu bermanfaat, hendaknya sebagai manusia terus mengamalkan hal tersebut, utamanya dalam bekerja. Allah SWT berfirman, "wahai manusia, sesungguhnya kalian telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Allah sampai bertemu dengannya"(QS Al Inshiqaq 6).
Baca Juga : MUI Tulungagung Imbau Masyarakat Agar Patuhi Larangan Salat Idul Adha Berjamaah di Zona Merah
Thariq Al Hijratain mengatakan, "bahaya terbesar yang dialami seorang hamba adalah adanya waktu nganggur atau waktu luang. Karena jiwa tidak akan pernah diam. Ketika dia tidak disebutkan dengan yang manfaat, pasti dia akan sibuk dengan hal yang membahayakannya".
Dari perkataan Thariq Al Hijratain menjelaskan, jika berbahayanya ketika seseorang menganggur ataupun mempunyai waktu luang. Hal itu bisa menjadi potensi berbahaya bagi manusia, membuka peluang setan untuk menggoda dan mengajak manusia untuk aktivitas maksiat. Karena itu, para sahabat juga membenci adanya orang yang menggangur.
Diriwayatkan Umar Bin Khattab, dalam Kazul Ummal," sungguh kadang aku melihat lelaki yang membuatku terkagum. Lalu aku tanyakan, apa pekerjaannya. Jika mereka menjawab 'pengangguran', orang itu langsung jatuh wibawanya di hadapanku".
Begitu pun Ibnu Mas'ud RA berkata, " sungguh aku marah kalau ada orang yang nganggur. Tidak melakukan amal dunia maupun amal akhirat"(HR Thabarani).