INDONESIATIMES - Eropa saat ini tidak hanya "berperang" melawan pandemi covid-19 yang akhir-akhir ini kembali meninggi. Sebagian negara di Benua Biru itu juga sibuk berjibaku dengan banjir bandang.
Banjir bandang yang terjadi di Eropa menyapu daratan dari Jerman hingga Belgia pada Jumat (16/7/21). Peristiwa tersebut sesuai dengan prediksi dan peringatan Badan Pengamat Cuaca di Eropa sebelumnya.
Baca Juga : Butuh Oksigen Gratis? Pemkab Pamekasan Punya Solusinya
Prediksi itu akhirnya terbukti. Banjir bandang terjadi dengan menelan korban jiwa sebanyak 100 orang tewas serta 1.300 orang belum ditemukan.
Banjir ini disebabkan adanya badai yang terjadi di Jerman sehingga memicu meluapnya air sungai. Hujan deras yang terjadi di Jerman diasumsikan sebagai salah satu dampak dari perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global yang disebabkan gas emisi rumah kaca.
Sebuah studi menyimpulkan bahwa atmosfer Bumi yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak kelembapan dan kemudian menghasilkan curah hujan yang lebih tinggi.
Dilansir dari New York Times, banjir kali ini merusak jalanan yang menghubungkan beberapa negara di Eropa. Yakni Jerman, Swiss, Belanda, dan Belgia. Sebelumnya, hal seperti ini tidak pernah terjadi.
Baca Juga : Dirut PT Semen Gresik Serahkan 1 Ekor Sapi Lemosin ke Ponpes Mansyaul Huda 02
Dr Linda Speight, ahli hidrometeorologi dari Universitas Reading di Inggris, menyatakan bahwa seharusnya tidak banyak kematian yang disebabkan bencana ini. Pasalnya, secara histori, negara bagian di Jerman pernah mengalami bencana serupa.
Linda beranggapan komunikasi yang buruk tentang risiko yang ditimbulkan akibat banjir adalah penyebab utama tingginya angka korban tewas.