NGAWITIMES - Tradisi Tedak Siten atau mitoni ketika sang anak sudah memasuki umur tujuh bulan biasa diselenggarakan dengan berbagai cara. Seperti yang dilakukan warga Dusun Malang RT 8 RW 1, Desa Karanggupito, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi.
Arfan -putra kedua pasangan Setioyono, 35 tahun, dan Sri Wahyuni, 39 tahun, saat kini lagi menyelenggarakan acara adat Jawa Tedak Siten di rumahnya. Gelaran acara tetap menerapkan prokes (protokol kesehatan) ketat.
Baca Juga : Komedi Romantis hingga Thriller, Berikut 6 Drama Korea Terbaru Tayang Juli 2021
Adapun tujuan acara tersebut adalah melanggengkan tradisi Jawa di era modern. Juga supaya anak-anak sekitar dapat mengenal tradisi atau budaya Jawa tempo dulu yang saat ini mulai tersingkirkan .
Tedak Siten juga dikenal sebagai upacara turun tanah. ‘Tedak’ berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Prosesi ini juga bertujuan supaya anak tumbuh menjadi anak mandiri sesuai harapan dari orang tua .
"Karena masih dalam suasana pandemi dan PPKM Mikro, acara saya gelar dengan cara singkat dan sederhana dengan prokes tentunya. Kami tidak mengundang seperti biasanya. Jadi, untuk bingkisan sebagai ucapan rasa syukur cukup kami antar ke rumah masing-masing. Yang terpenting tidak mengurangi makna dari acara Tedak Siten ini," ungkap Setiyono.
Seperti biasa, dalam prosesi ini, sang anak dikurung beserta seekor ayam. Setelah itu, ditabur uang untuk diperebutkan oleh anak-anak sekitar dan diadakan acara selamatan. Saat itu juga baru dimandikan oleh sang dukun dengan mantra tentunya setelah sang anak diberi makanan berupa potogan ayam panggang .
Baca Juga : 10 Kasus Baru Terkonfirmasi Positif Covid-19, Pemkot Batu Perketat PPKM Mikro
Hal itu bertujuan sebagai bentuk rasa syukur karena sang anak akan mulai belajar berjalan. Selain itu, upacara ini merupakan salah satu upaya memperkenalkan anak kepada alam sekitar dan ibu pertiwi.