INDONESIATIMES - Penyerahan Kota Thaif menjadi salah satu peristiwa besar yang terjadi pada bulan suci Ramadan.
Penyerahan Kota Thaif terjadi setelah pasukan muslimin yang dipimpim Rasulullah Muhammad SAW berhasil membebaskan Makkah tanpa pertumpahan darah. Misi pembebasan dari kemusyrikan itu dilanjutkan ke Thaif.
Baca Juga : Sudah Berada di Level Stres Berapakah Masyarakat Kita dengan Kebijakan Pemerintah Saat Ini?
Namun, awalnya, kaum Bani Thaqif sebagai kabilah terbesar di Thaif bersikeras tidak mau tunduk kepada Nabi Muhammad SAW. Peristiwa penolakan Bani Tsaqif ini adalah salah satu kejadian yang dianggap paling menyulitkan bagi Rasulullah SAW.
Hal tersebut bahkan pernah diungkapkan Rasulullah SAW saat Aisyah bertanya kepada beliau. "Apakah engkau mengalami peristiwa yang amat menyulitkan setelah peperangan Uhud?" tanya Aisyah. Rasulullah SAW menjawab: "Sungguh aku temukan (rasakan) suatu yang amat menyulitkan di kaummu, yaitu peristiwa Aqbah di Thaif. Tatkala aku menawarkan misiku pada Ibnu Abdu Yalil bin Abdi Kalal, ia tak mereseponsku."
Hingga akhirnya, Nabi Muhammad SAW dan tentara Islam maju ke Thaif dan mengepungnya dalam waktu yang cukup lama. Pengepungan Thaif ini terjadi pada 22 Ramadan tahun 8 Hijriah.
Kala itu, Nabi Muhammad SAW mengepung Thaif yang dikuasai Suku Hawazin dan Tsaqif. Kedua suku tersebut pernah kalah dalam Pertempuran Hunain.
Warga Thaif awalnya mampu bertahan dari pengepungan itu. Tetapi, akhirnya kaum Bani Tsaqif datang ke Makkah pada bulan Ramadan tahun ke-9 Hijriah dengan menyerahkan Kota Thaif sebagai tanda menyerah. Mereka pun baru masuk Islam pasca-Ekspedisi Tabuk.
Menurut Tariq Ramadan dalam In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of Muhammad (2007), Bani Tsaqif memiliki persediaan makanan dan senjata yang sangat memadai. Pasukan muslim memang berhasil mengepung benteng mereka, namun penduduk Thaif tidak bisa dipaksa keluar dengan cara itu. Berbagai strategi yang dilancarkan kaum Muslimin akhirnya membuat Thaif menyerah.
Kota Indah Sejarah Awal Syiar Islam
Selain dikenal dengan keindahan dan kesejukan alamnya, Kota Thaif juga menyimpan sejarah perkembangan penyebaran agama Islam dan sejarah kehidupan Rasulullah SAW. Di Kota Thaif inilah Rasulullah SAW melanjutkan misi dakwah setelah mendapatkan penentangan keras di Makkah.
Tetapi, Rasulullah mendapat tantangan, cemoohan, pengusiran bahkan dilempari batu sampai terluka parah oleh kabilah Tsaqif. Saat itu, Rasulullah ditemani Zaid bin Haritsah ke Thaif.
Baca Juga : Jozeph Paul Zhang Ditetapkan Sebagai Tersangka, Begini Responsnya
Perjalanan Rasulullah ke Thaif dilakukan tak lama setelah wafatnya sang istri tercinta, Khadijah RA, serta sang paman sekaligus pelindung utama beliau, Abu Thalib.
Ketika itu, untuk mengantisipasi kekejaman kaum kafir Quraisy di Makkah, akhirnya secara diam-diam Rasulullah SAW melakukan perjalanan syiar dengan berjalan kaki ke Thaif. Beliau menempuh perjalanan 100 kilometer berjalan kaki bersama Zaid ke Thaif. Beliau tinggal di Thaif selama 10 hari untuk berdakwah sekaligus meminta perlindungan.
Namun ternyata, penduduk kota itu melakukan penolakan dan memperlakukan Nabi Muhammad SAW dengan kasar. Bahkan mereka melempari Rasulullah SAW dengan batu.
Melihat kejamnya penduduk Thaif, Malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung-gunung datang menghampiri Rasulullah. Malaikat turut sedih atas kejadian yang menimpa Rasulullah.
Bahkan malaikat menawarkan balasan untuk penduduk Thaif. Saking kesalnya, malaikat ingin menghancurkan Kota Thaif dan penduduknya dengan melempar gunung kepada mereka. Jibril berkata kepada Rasulullah bahwa jika Muhammad menghendaki pembalasan terhadap kekejaman penduduk Thaif dan berdoa kepada Alllah, malaikat siap menimpakan gunung terhadap mereka.
Tetapi, Rasulullah menolak tawaran malaikat. Rasul tidak mau membalas keburukan yang ditimpakan kepadanya. Alih-alih balas dendam, Rasul malah mendoakan anak keturunan penduduk Thaif kelak menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.